DEPOK, iNewsDepok.id - Video kasus pembunuhan Yunus Sani (40), warga Kampung Megataga, Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya, Papua, oleh kelompok separatis bersenjata (KSB) pada tahun 2020 lalu, mendadak beredar di media sosial sejak Kamis (21/2022) kemarin, dan viral.
Video itu antara lain di-posting oleh pemilik akun @PramudyaSubur, dan hingga Jumat (22/4/2022) siang telah ditonton hingga lebih dari 11.000 kali.
Dalam video itu nampak Yunus yang dalam posisi menelungkup, ditembaki dua orang dengan senjata laras panjang dari jarak dekat, dan disaksikan dua orang lainnya.
Berdasarkan teks pada video itu diketahui kalau Yunus dieksekusi di Kampung Megataga, kampung di mana dia tinggal, karena dituduh sebagai mata-mata Indonesia.
Di teks itu tertulis kalau peristiwa terjadi pada tangal 29 Mei
"Detik-detik orang asli Papua bernama Yunus Sani, seorang petani, tergeletak sekarat setelah ditembak berkali-kali oleh kelompok separatis bersenjata (KSB) di Kampung Megataga, Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya (29/5)," demikian bunyi teks itu seperti dikutip Jumat (22/4/2022).
Ketika Yunus sekarat setelah ditembaki, anggota KSB terlihat berteriak-teriak kesenangan dan menari-nari di sekitarnya.
Setelah Yunus meninggal, KSB memutilasi jasadnya, dan dimasukkan ke karung.
"Dan separatis tanpa rasa bersalah mengumumkan pembunuhan terhadap "mata-mata" itu di media sosial (30/05). Sungguh tidak ada hati nurani," lanjut teks pada video itu.
Teks itu juga memberitahu kalau kejadian itu membuat Pastor Niko Wakey, pastor di Distrik Wandai, menemui tiga anggota KSB yang mengaku sebagai "Tentara Hutan".
Kepada Pastor Niko Wakey, anggota KSB mengatakan; "Tikus padi, kami sudah bunuh di belakang" yang artinya mereka telah membunuh seseorang.
Pastor Niko marah dan adu mulut dengan ketiga anggota KSB itu, tetapi ketiga anggota KSB itu justru mengancam akan membuang jenazah Yunus yang sudah dimutilasi, ke Sungai Kamabu.
Akhirnya, oleh warga Kampung Megataga, jenazah Yusuf dibawa ke Kampung Nilai, Distrik Homeya.
Penembakan ini terjadi selang satu minggu setelah KSB menembaki dua tenaga medis di Distrik Wandai yang mengakibatkan seorang meninggal dan seorang kritis
"Inilah bukti separatis bersenjata adalah teroris berdarah dingin yang tak segan meneror, mengancam, merampok, menembak dan membunuh sesama orang Papua," demikian bunyi teks di akhir video itu.
Seperti diketahui, pada April 2021 lalu pemerintah telah menetapkan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua sebagai teroris. Sejak itu, masyarakat mendesak Densus 88 Antiteror Polri agar diterjunkan ke Papua untuk menangkapnya.
Namun, alih-alih diperangi, pada November 2021 Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurracman meminta kepada prajurit yang bertugas di Papua untuk tidak menganggap KKB sebagai musuh, tetapi menganggap mereka sebagai rakyat yang perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus, serta diberi pemahaman tentang NKRI.
"Satgas tidak harus memerangi KKB, namun mereka perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus karena mereka adalah saudara kita. Keberhasilan dalam tugas bukan diukur dengan dapat senjata namun bagaimana saudara kita bisa sadar dan kembali ke pangkuan NKRI," katanya.
Hingga kini, Densus belum juga diterjunkan ke Papua karena masih sibuk memburu teroris, sementara KKB terus merajalela.
Terakhir, pada Kamis (21/4/2022), KKB menembaki mobil Satgas Damai Cartenz di tanjakan pertama Yosoma Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, tapi tidak ada korban jiwa.
Editor : Rohman