Cetak Agen Perubahan Lingkungan dan Sosial Lewat Pembelajaran Inovatif

JAKARTA, iNews Depok.id – Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, khususnya terkait isu lingkungan dan kesejahteraan sosial, muncul sebuah inisiatif yang menjanjikan: Akademi Sadaya.
Pada Jumat, 4 Juli 2025, bertempat di Urban Forest, Cipete, Jakarta Selatan, Digdaya Selaras secara resmi meluncurkan Akademi SaDaya, sebuah inisiatif terdepan yang dirancang untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan para pegiat di sektor sosial dan lingkungan di seluruh Indonesia.
Peluncuran ini menjadi respons strategis terhadap tantangan mendesak seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan ketimpangan sosial yang membutuhkan pemimpin adaptif dan berdaya.
Akademi Sadaya, sebuah platform belajar dan bertumbuh yang didirikan dengan keyakinan bahwa bumi dan manusia dapat saling menopang dan bertahan lebih lama, asalkan dibekali dengan kapasitas dan keterampilan yang relevan.
Inisiatif ini lahir dari keprihatinan akan kebutuhan mendesak bagi para penggerak pembangunan di tingkat akar rumput untuk memiliki ruang belajar yang aplikatif dan relevan.
Saat ini, Akademi Sadaya secara aktif mendampingi berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam isu pertanahan dan kelautan, memperkenalkan pendekatan inovatif seperti design thinking dan alternatif pembiayaan organisasi.
"Banyak LSM yang terdampak oleh kondisi makroekonomi saat ini," ucap Sarilani Wirawan, Co-Founder dan Managing Director Digdaya Selaras di acara peluncuran. "Kami mencoba mengenalkan design thinking dan konsep bisnis di sektor nirlaba. Mungkin terdengar tabu, tapi bisnis dalam pengertian luas bukan hanya tentang profit, melainkan cara mengelola organisasi agar terus berdampak," ucapnya.
Dari Keresahan Menjadi Solusi
Akademi Sadaya bukanlah sekadar platform pelatihan biasa. Ia lahir dari keresahan mendalam para pendirinya. Sarilani sebagai penggagas, menceritakan sebuah pengalaman yang menjadi titik balik:
"Saya dan tim berkesempatan membantu meningkatkan keterampilan komunikasi untuk kampanye perubahan perilaku di Kalimantan Timur. Ada seorang tokoh konservasi senior yang berbagi pengalaman praktis tentang bagaimana melibatkan pemerintah dalam inisiatif konservasi. Sangat inspiratif dan aplikatif, namun sayangnya, hanya 20 orang yang hadir," kisah Sari.
Keresahan itu memicu pemikiran, "Ini taktis knowledge dari puluhan tahun pengalaman, tapi sayang sekali hanya bisa menjangkau 20 orang. Harusnya lebih luas!" Diskusi pun berlanjut, dan teknologi dianggap sebagai kunci untuk memperluas jangkauan ilmu yang tak ternilai ini.
Editor : M Mahfud