OCBC Dorong Budaya Meritokrasi, Saatnya Kesetaraan Peluang, Bukan Sekadar Kesetaraan Gender
JAKARTA, iNews Depok.id - Dalam dunia yang terus berubah, konsep meritokrasi—penilaian seseorang berdasarkan kemampuan dan usahanya—sering kali diperdebatkan. Tak jarang, meritokrasi dianggap sebagai mitos belaka, terutama dalam kaitannya dengan kesetaraan gender.
Namun, di tengah perdebatan ini, OCBC hadir dengan kampanye "Baiknya Bareng Bareng," menegaskan bahwa meritokrasi adalah kunci untuk mencapai kemajuan bersama.
Pada kesempatan Media Talks Program Advokasi OCBC, Selasa 04 Maret 2025 di CGV fX Sudirman, Jakarta, Lili S. Budiana, Direktur OCBC, menekankan pentingnya gerakan yang saling mendukung dan melengkapi. "OCBC memahami bahwa kesetaraan gender bukan sekadar wacana, tetapi perlu diwujudkan dalam tindakan nyata," kata Lili.
Phillia Wibowo, Partner and Leader of People & Organizational Performance Practice, Southeast Asia, McKinsey & Company, menambahkan bahwa bias gender masih menjadi tantangan global. "Meskipun meritokrasi seharusnya menjadi landasan, kenyataannya, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam representasi perempuan di posisi manajerial," ungkapnya.
"Bias selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan dari keluarga," ujar Phillia. Namun, ia juga menyoroti bahwa perusahaan dengan lebih banyak perempuan di jajaran direksi, cenderung memiliki profitabilitas dan kesehatan organisasi yang lebih baik. "Dalam dunia yang penuh disrupsi, keberagaman input sangatlah penting. Kesetaraan bukan berarti kesamaan," tegasnya, menekankan bahwa setiap individu memiliki keunikan yang perlu dihargai.
Aleta Hanafi, Brand and Communications Division Head OCBC berbagi pengalamannya menghadapi bias karena aksen dan kemampuan bahasa Inggrisnya. Namun, ia menegaskan bahwa kesetaraan telah menjadi DNA OCBC. "Dengan adanya kesetaraan, potensi setiap individu dapat digali dan inovasi dapat dipacu. OCBC juga menghadirkan "Ruang Menyala," ruang kreatif yang terbuka untuk siapa saja, baik nasabah maupun non-nasabah, sebagai wujud komitmen kami terhadap kesetaraan," ucap Aleta.
OCBC memperkenalkan kampanye #BaiknyaBarengBareng bertujuan untuk mendorong kesetaraan dalam peluang sebagai salah satu kunci utama dalam membangun masyarakat yang lebih kuat dan maju.
Melalui inisiatif ini, OCBC ingin menekankan bahwa paham meritokrasi sebagai fondasi menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, serta memberdayakan setiap individu untuk meraih potensi terbaik mereka dengan bersama-sama berkolaborasi. Inisiatif kali ini bertujuan untuk menggaungkan kesetaraan di berbagai lingkup, pribadi lingkungan, perusahaan, dan masyarakat.
Kampanye OCBC #BaiknyaBarengBareng ini menegaskan bahwa perlunya mengedepankan prinsip kesempatan yang sama untuk dapat berkontribusi.
“Gerakan ini merupakan bagian dari aspirasi kami untuk memberikan inspirasi bahwa untuk dapat maju, perlu adanya kesempatan bagi semua untuk dapat saling berkontribusi tanpa terpengaruh bias apapun, termasuk gender. Namun, fokus pada kapabilitas masing-masing dan bagaimana saling berkolaborasi untuk dapat meraih tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, kesempatan dalam peluang akan sama terbuka bagi se8ap individu dalam segala aspek, baik itu dari lingkungan sendiri sampai dengan masyarakat,“ tambah Aleta.
Kesetaraan bukan lagi wilayah perempuan, tapi perjuangan bersama. Oleh karena itu, gerakan ini diharapkan dapat membuka wawasan dan memberikan dorongan kepada semua pihak untuk dapat bersama-sama membangun sebuah lingkungan yang inklusif bagi semua.
Di awal kuartal tahun 2025 yang juga bertepatan dengan momentum jelang Hari Perempuan Internasional ini menjadi waktu yang tepat untuk memperkenalkan kampanye #BaiknyaBarengBareng.
Pada kesempatan kali ini turut mengundang beberapa pembicara sebagai narasumber yang ikut hadir untuk memaparkan data ataupun informasi yang relevan terkait program advokasi.
Berdasarkan fakta terbaru dari laporan tahunan McKinsey and Company mengenai keseteraan gender di tempat kerja yang bertajuk ‘Women in the Workplace,’ selama satu dekade terakhir, representasi perempuan di level manajemen korporat memang sudah meningkat sekitar 29% menduduki posisi C-level, dibandingkan 17% pada tahun 2015.
Namun, kemajuan ini cenderung berjalan lambat dibandingkan tahap awal karier, yaitu entry level dan middle manager. Sebagai perbandingan, dalam setiap 100 laki-laki yang dipromosikan dari level entry ke posisi manajer, hanya 81 perempuan mendapatkan kesempatan promosi yang sama.
Sebagai seorang individu yang memiliki pengalaman terkait Mitos dan Meritokrasi, Denny Sumargo, Celebrity/Actor/Content Creator, bercerita, “Sebagai seorang laki-laki, saya percaya bahwa mitos bahwa dalam hal menjaga anak-anak hanya urusan perempuan sudah tidak berlaku saat ini. Seperti di keluarga saya saat ini, saya percaya bahwa kolaborasi yang kuat antara saya dan istri adalah kunci keberhasilan kami. Kami saling melengkapi dalam segala hal, mulai dari mengurus rumah tangga hingga mengembangkan bisnis bersama. Dengan kerja sama yang baik, kami dapat mencapai hasil yang lebih baik tidak hanya untuk keluarga kami, tetapi juga untuk diri sendiri. Bersama-sama, kita tak akan pernah berhenti berkembang dan meraih impian bersama.”
Baiknya Bareng Bareng
Kampanye #BaiknyaBarengBareng merupakan gerakan advokasi OCBC, dimana kali ini mengangkat topik khusus mengenai "Mitos vs. Meritokrasi" yang telah berlangsung sejak tahun lalu. Melalui serangkaian aktivitas, baik offline dan online.
Di tahun 2025, gerakan ini menjangkau khalayak luas dengan mengajak partner atau institusi lainnya. Dengan bersama-sama memberikan edukasi bahwa kemajuan dapat diraih apabila adanya kolaborasi kekuatan tanpa mengkotak-kotakan peran dengan prinsip-prinsip meritokrasi sebagai fondasinya. Sehingga, dampak positif akan dirasakan bersama karena #BaiknyaBarengBareng.
Dalam kesempatan ini, Denny Sumargo, seorang Public Figure yang memulai karier-nya sebagai atlet basket dari Makassar, menceritakan tantangan yang dihadapinya terkait tinggi badan dan senioritas. Namun, ia mengubah pandangan orang menjadi motivasi untuk berkreasi.
Pria yang akrab disapa Densu ini juga menekankan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama bekerja keras, bahkan sering kali harus bekerja dua kali lebih keras. Ia mengajak para pria untuk mendukung perempuan dan merasakan dampak positifnya, seperti menjadi lebih awet muda.
Dari berbagai perspektif ini, jelaslah bahwa meritokrasi bukanlah mitos, tetapi sebuah prinsip yang perlu diperjuangkan. Dengan saling mendukung, menghargai keberagaman, dan memberikan kesempatan yang sama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan setara.
Editor : M Mahfud