JAKARTA, iNewsDepok.id – Save the Children Indonesia (organisasi independen yang berfokus pada pemenuhan hak-hak anak) bersama dengan Nutrition International (organisasi berbasis gizi internasional yang berpusat di Kanada) telah mendukung upaya pemerintah selama lima tahun terakhir untuk menurunkan angka stunting, khususnya di Provinsi Jawa Barat (Kab. Sumedang dan Bandung Barat) dan Nusa Tenggara Timur melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) atau investasi yang lebih baik untuk penurunan stunting.
Inisiatif ini didukung penuh oleh Power of Nutrition (PON), DFAT (Pemerintah Australia), dan Global Affairs Canada (Pemerintah Kanada) dimana mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.
“Hasilnya, angka stunting di Kabupaten Sumedang turun sebanyak 13,2 persen, dari yang 27,6 persen di tahun 2022 menjadi 14,4 persen di tahun 2023. Penurunan yang sangat pesat,” ungkap Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia saat konferensi pers di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa, 25 Juni 2024.
"Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat mencapai masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia," tambah Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia.
Ya, isu stunting masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Pemerintah pun menargetkan menurunkan prevalensi stunting di Indonesia hingga ke angka 14 persen di tahun 2024.
Sebagai informasi, di tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5% (SKI 2023). Sekitar 23,4% dari populasi di atas 18 tahun mengalami kelebihan berat badan (Survei Kesehatan Nasional/SKI 2023). Dan prevalensi anemia di antara populasi berusia 15-24 tahun mencapai 15,5%, sedangkan di antara ibu hamil sebesar 27,7% (SKI 2023).
Stunting sendiri bukan hanya tentang tinggi dan berat badan anak, akan tetapi juga tentang perkembangan kognitif seorang anak agar dapat mengenyam pendidikan dengan baik, dan terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas di kemudian hari. Karena itu, gizi memainkan peran yang sangat penting, sebelum dan setelah anak dilahirkan.
Intervensi di tingkat Rumah Tangga dan Komunitas
BISA melakukan serangkaian kegiatan komunikasi perubahan perilaku dan sosial yang ditargetkan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap, dan perilaku terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, anemia, dan makanan kaya zat besi bagi ibu hamil dengan pendekatan EmoDemo (Emotional-Demonstration) di Posyandu, mendorong perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah tangga dan sekolah sebagai bagian dari pendekatan rumah bersih serta mendorong peningkatan gizi remaja di sekolah termasuk konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri (TTD Rematri) melalui modul School of 5 (So5) dan Gizi Remaja.
Hasilnya, terjadi peningkatan pengetahuan akan pentingnya ASI eksklusif pada kelompok ibu dengan anak usia kurang dari dua tahun dari 61,7% menjadi 81.2%. Peningkatan kemampuan Remaja putri untuk mendefinisikan setidaknya dua manfaat tablet tambah darah dari 43,5% menjadi 62.4%.
Intervensi di Tingkat Sistem Layanan Kesehatan
BISA berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari 6.000 jaringan pelayanan di empat kabupaten dampingan.
Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA.
Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas, dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri. Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet tambah darah dalam 12 bulan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 12,5% di Bandung Barat, 18,6% di Sumedang, 58,6% di Kupang, dan 35,8% di TTU (Timor Tengah Utara).
Dari hasil survey akhir ditemukan bahwa rumah tangga dengan anak baduta yang menyediakan tempat bermain yang bersih, meningkat 17,5%.
BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi (TTD, kapsul vitamin A, zink, dan oralit).
Sejak tahun 2022, BISA telah berperan penting dalam memastikan ketersediaan pasokan komoditas gizi di Puskesmas untuk semua penerima manfaat.
"Di Nutrition International, kami percaya pada pendekatan yang efisien dan efektif untuk memperoleh dampak yang maksimal dengan biaya dan kompleksitas yang minimal, dan memastikan bahwa setiap hasil kerja kami tidak merugikan para penerima manfaat. BISA menjadi salah satu model yang berhasil yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting. Kami berharap seluruh praktik baik yang telah dihasilkan dari kerja sama BISA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lima tahun terakhir, dapat terus dilanjutkan atau bahkan direplikasi oleh pemerintah daerah lain untuk mencegah terjadinya stunting baru di Indonesia," ujar Herrio Hattu.
BISA: Menuju Indonesia bebas stunting dengan upaya holistik dan berkelanjutan. Foto: Ist
BISA meningkatkan kapasitas para tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan terkait di tingkat kabupaten dan provinsi untuk memberikan layanan gizi berkualitas. 625 Petugas Kesehatan, Kader Posyandu dan Kader Pembangunan Manusia (KPM) telah dilatih Emo-Demo dan Pendekatan Rumah Bersih di Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang. Di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara (TTU), sebanyak 823 Petugas Kesehatan/Kader Posyandu dan KPM telah dilatih Emo-Demo dan Pendekatan Rumah Bersih.
Intervensi di Tingkat Pemerintahan
BISA mendukung implementasi kebijakan nasional sampai ke tingkat Kabupaten bahkan ke tingkat desa dengan mengembangkan kapasitas pemimpin lokal untuk merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Sebagai hasil dari advokasi, 13 Desa di Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang telah memasukkan Pelatihan EmoDemo untuk mendukung peningkatan kapasitas kader Posyandu dengan penganggaran dari dana desa sepanjang tahun 2022-2024 dimana 6 diantaranya merupakan desa non-dampingan. Dinas Pendidikan di TTU dan Kupang, berkomitmen tetap melanjutkan Sesi Gizi Remaja dan CTPS dengan landasan dari Surat Edaran yang telah diterbitkan.
Melalui advokasi BISA, semua kabupaten dampingan BISA juga telah menerbitkan Surat Edaran Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama yang menginstruksikan penerapan ketat suplementasi TTD mingguan untuk mencegah anemia di kalangan remaja putri.
Melalui program BISA, Save the Children dan Nutrition International tidak hanya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan praktik kesehatan yang baik, tetapi juga memperkuat infrastruktur kesehatan dan dukungan pemerintah setempat. Dengan berbagai intervensi yang holistik dan berkelanjutan, harapannya dapat menciptakan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia.
Editor : M Mahfud