get app
inews
Aa Text
Read Next : Perkuat Pendidikan Pertanian, Kementan Evaluasi dan Dorong Keberlanjutan Program PHLN

Sinergi FAO dan Pemerintah Indonesia Cetak Petani Muda Indonesia

Selasa, 16 Januari 2024 | 15:31 WIB
header img
Kementan jalin kerja sama dengan FAO. Foto: iNews Depok/dok. Kementan

JAKARTA, iNewsDepok.id - Pertanian merupakan sektor strategis penyedia pangan yang saat ini menghadapi krisis ketersediaan petani, dimana jumlah rumah tangga petani dalam 10 tahun terakhir (2003-2013) berkurang sebanyak lima juta. Sebanyak 61persen petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. 

Minimnya ketertarikan generasi muda untuk terjun di sektor pertanian karena menganggap profesi sebagai petani tidak keren (kumuh, miskin serta komunitas yang terpinggirkan). 

Dalam rangka meningkatkan regenerasi petani di Indonesia, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food Agriculture Organization (FAO) bersama pemerintah menjalin kerjasama dalam program penciptaan petani muda di Indonesia.

Kerjasama dijalin melalui Kantor Sekretaris Presiden (KSP) dan HKTI melalui Program Technical Cooperation Programmes (TCP). 

Pada pertemuan Senin, (15/01/2024), dilakukan tanda tangan kerjasama dan presentasi pengenalan Technical Cooperation Programmes (TCP) bertempat di KSP.

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan bahwa regenerasi petani sudah menjadi permasalahan dunia. Amran menilai, ada kegelisahan berbagai negara menghadapi regenerasi petani.

Apalagi di saat ini terjadi  kondisi yang bertentangan dimana satu sisi pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat, namun pada sisi yang lain kondisi pertanian atau tanahnya menurun. Bahkan, terindentifikasi petani dihuni oleh orang-orang tua dengan alat-alat seadanya.

Senada dengan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) , Dedi Nursyamsi mengatakan.

“Kita ingin memunculkan cara bertani modern, smart farming, kepada pelaku (pertanian) anak muda dan pemahaman pertanian yang semakin luas bagi anak muda,” kata Dedi, Selasa (16/1/2024).

“Harapannya tidak  ada lagi pandangan (di kalangan) anak muda (bahwa) bertani itu kotor berlumpur dan tidak menghasilkan. Kita berikan pemahaman bertani itu punya area yang sangat luas, mulai dari riset, budidaya, pasca panen, sampai dengan rantai supply dan demand dipenuhi,” sebut Dedi.

TCP merupakan program smart farming kolaborasi dengan kwarnas (kepramukaan) dan lokasi di Cibubur, Buperta dan lampung dengan target anak muda sebanyak 100 hingga 150 ribu orang. 

Proyek utama ini akan dikawal oleh  FAO bersama dengan HKTI, Badan Pangan Nasional, Kementerian Pertanian (Kementan), dan BRIN melalui hasil risetnya. 

Melalui TCP juga akan dilakukan pengembangan kurikulum pendidikan pertanian bagi pemuda, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka melalui solusi inovatif dan pendekatan digital.

Model ini telah dijalankan oleh Program YESS dengan lokasi program di Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. 

Pada pertemuan tersebut Asisten Program Representatif FAO, Ageng S Herianto menjelaskan, program yang akan dilakukan berupa pelatihan untuk para pemuda di bumi perkemahan, termasuk juga mendengarkan apa yang diinginkan para pemuda.

"Kemudian, disiapkan pendekatan pasar yang sesuai agar para petani muda tidak hanya memproduksi hasil pertanian, tetapi juga bekerja di keseluruhan rantai pasok," kata Ageng.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut