JAKARTA, iNewsDepok.id - Melahirkan adalah momen yang seharusnya membahagiakan bagi setiap ibu. Namun, bagi para ibu di Gaza, melahirkan adalah momen yang penuh dengan ketakutan, kesakitan, dan ketidakpastian. Pasalnya, mereka harus melahirkan di tengah konflik yang berkecamuk antara Israel dan Hamas, yang telah menewaskan ribuan orang dan menghancurkan infrastruktur kesehatan di wilayah tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, banyak ibu di Gaza mengalami kehamilan yang penuh stres dan ketidakpastian, yang sering kali dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan peningkatan kasus kelahiran prematur, dimana bayi-bayi tersebut harus menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi dan perawatan medis intensif.
Kondisi Kesehatan di Gaza
Menurut Badan Kesehatan Seksual dan Reproduksi PBB (UNFPA), terdapat sekitar 50.000 ibu hamil yang terjebak dalam konflik di Gaza. Dan lebih dari 160 persalinan setiap harinya berlangsung. Sekitar 15 persen kelahiran di antaranya diperkirakan mengakibatkan komplikasi pada ibu dan bayinya.
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, infeksi, perdarahan otak, dan kematian.
Bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan khusus, seperti inkubator, ventilator, dan obat-obatan. Namun, fasilitas kesehatan di Gaza tidak mampu menyediakan perawatan tersebut, karena krisis listrik, kekurangan bahan bakar, dan kerusakan akibat serangan Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 40 persen dari 13 rumah sakit dan 54 pusat kesehatan di Gaza telah rusak atau tidak berfungsi akibat serangan Israel . Selain itu, sekitar 30 persen dari staf kesehatan di Gaza juga terpaksa meninggalkan pekerjaan mereka karena alasan keamanan atau kekurangan bahan bakar .
Kisah Para Ibu Melahirkan di Gaza
Berikut adalah beberapa kisah para ibu yang melahirkan di Gaza, yang diambil dari berbagai sumber media online:
- Jumana Emad, seorang jurnalis lepas berusia 25 tahun, melahirkan anak perempuannya, Talia, di Rumah Sakit Al-Awda, sebuah rumah sakit kecil di tengah Jalur Gaza yang berlokasi di Nuseirat. Dia menggambarkan jam-jam persalinannya sebagai suatu yang berat dan menakutkan.
"Saya melahirkan di tengah serangan yang bertubi-tubi. Saya takut," kata Jumana kepada BBC.
Dia juga mengatakan bahwa dia kesulitan menemukan transportasi untuk menuju rumah sakit, karena sopir taksi takut dan ambulans tidak punya waktu untuk perempuan yang akan melahirkan.
- Niveen al-Barbari, seorang ibu berusia 33 tahun, melahirkan anak pertamanya, Adam, di Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit besar di Gaza. Dia mengatakan bahwa dia merasakan kontraksi yang kuat sejak malam sebelumnya, tetapi dia tidak bisa pergi ke rumah sakit karena serangan udara Israel yang terus menerus. Dia baru bisa pergi ke rumah sakit pada pagi hari, setelah mendapatkan izin dari pasukan keamanan Hamas. Dia mengaku sangat lega ketika melihat bayinya sehat dan selamat.
- Suad Asraf, seorang ibu berusia 28 tahun, melahirkan anak ketiganya, Omar, di Rumah Sakit Al-Najjar, sebuah rumah sakit swasta di Rafah, Gaza selatan. Dia mengatakan bahwa dia menderita kelelahan yang luar biasa karena harus berpindah-pindah tempat mengungsi sejak konflik meletus. Dia juga mengeluh bahwa rumah sakit tempat dia melahirkan tidak memiliki fasilitas yang memadai, seperti listrik, air, dan obat-obatan. Dia berharap agar konflik segera berakhir, agar dia bisa kembali ke rumahnya dan merawat bayinya dengan tenang.
Cerita para ibu melahirkan di Gaza mendapat berbagai reaksi dari warganet, baik yang simpatik maupun yang kritis.
“Subhanallah, semoga Allah melindungi para ibu dan bayi di Gaza. Mereka adalah pejuang yang tangguh dan sabar. Semoga Allah memberikan kemenangan kepada umat Islam di Palestina." tulis warganet.
“Ini adalah bukti kekejaman Israel yang tidak mengenal belas kasihan. Mereka membunuh orang-orang tak berdosa, termasuk ibu hamil dan bayi. Mereka harus dihentikan dan diadili di pengadilan internasional." tambah warganet.
“Saya salut dengan para ibu di Gaza yang tetap melahirkan di tengah konflik. Mereka adalah pahlawan yang melahirkan generasi penerus Palestina. Mereka adalah inspirasi bagi kita semua." tambah warganet.
“Saya prihatin dengan kondisi kesehatan di Gaza. Saya berharap ada bantuan kemanusiaan yang bisa masuk ke sana, terutama untuk para ibu hamil dan bayi. Saya juga berharap ada solusi damai yang bisa mengakhiri konflik ini." tambah warganet.
Editor : Mahfud