DEPOK, iNewsDepok.id – Istilah ayam sayur popular di kalangan penggemar tinju di Indonesia. Ini untuk menyebut petinju yang dianggap berada di level bawah.
Para penggembar tinju berkumpul secara virtual lewat komunitas tinju di media sosial. Dengan cara ini, para penggemar tinju dari seluruh daerah di Indonesia bahkan dari negara lain bisa membahas perkembangan tinju dunia.
Media sosial memudahkan para penggemar tinju untuk saling menyapa setiap saat dalam waktu 24 jam setiap harinya. Mereka juga dari berbagai posisi termasuk saat sedang rebahan, bisa mengomentari petinju jagoannya atau mengejek petinju lain.
Media sosial memang membuat dimensi jarak dan batas tidak ada lagi. Sesuatu yang terjadi di kiblatnya tinju di Amerika atau di Eropa dan Jepang, dalam detik kemudian bisa segera diketahui para penggemar tinju. Mereka pun ramai-ramai berkomentar.
Banyak istilah digunakan para penggemar tinju, salah satunya adalah ayam sayur. Istilah ini untuk menggambarkan petinju yang berada di level bawah.
Istilah yang sebenarnya kejam dan tidak menghargai perjuangan berat para petinju. Namun faktanya memang seperti itu.
Dalam membangun reputasi agar terlihat mentereng, para petinju kerap menghindari lawan-lawan top. Mereka memilih petinju yang 99,99 persen bisa dikalahkan. Nah petinju yang 99,99 persen bisa dikalahkan inilah yang kerap disebut sebagai petinju ayam sayur.
Dengan melawan petinju yang disebut para penggemar ini sebagai ayam sayur, para petinju tertentu akan memiliki rekor ring yang menakjubkan. Kadang begitu ingin terlihat sangat cemerlang rekor ringnya sampai puluhan dan belum terkalahkan.
Rekor menakjubkan hingga puluhan seringkali bukan keinginan petinju yang bersangkutan, namun keinginan manajemen petinju tersebut dan lingkaran bisnis terkait. Tujuannya agar duelnya laku bagi penonton dan sponsor.
Editor : Mahfud