JAKARTA, iNewsDepok.id – Di tengah persaingan produk kosmetik yang semakin sengit, para produsen berlomba adu strategi dengan klaim produknya masing-masing. Ada yang memutihkan, mencerahkan, mengencangkan, dan lain sebagainya.
Tak jarang, klaim produk kosmetik tersebut turut memengaruhi keputusan kita untuk membelinya. Tak hanya itu, klaim produk juga bisa membantu kita memilih produk sesuai kebutuhan.
Masalahnya, seberapa sering kita tergoda pada klaim yang dilakukan sebuah produk? Sementara, tidak jarang pula klaim produk itu bisa menyesatkan konsumen.
Etikanya, klaim yang digunakan haruslah jujur. Klaim juga tidak boleh menghubungkan produk dengan properti atau efek yang sebenarnya tidak dimiliki produk tersebut. Semua klaim yang dibuat, harus dapat dibuktikan.
Untuk itu, Cosmetic, Toiletry & Perfumery Association (CTPA) dan Advertising Standard Authority (ASA) mengkategorikan klaim produk kosmetik menjadi 5, yaitu:
- Performance claim, klaim yang berkaitan dengan efek suatu produk seperti “Mengurangi garis halus” atau “Melindungi kulit selama 24 jam”,
- Ingredients claim, yang menyatakan kandungan atau kombinasi dari kandungan yang memberikan khasiat tertentu pada produk, misalnya “Mengandung retinol untuk mengurangi kerutan”,
- Sensory claim, yang terkait dengan sensasi atau pengalaman sensori saat menggunakan produk, seperti “Membuat kulit terasa halus dan lembut”, atau dapat juga berupa estetika produk sensori, seperti “Roll-on applicator”,
- Combination claim, yaitu klaim gabungan dari klaim-klaim tersebut di atas,
- Comparison claim, atau klaim perbandingan untuk menggambarkan komparasi produk dengan produk lainnya agar konsumen dapat melihat perbedaan yang signifikan dari keduanya.
Setelah klaim diklasifikasi dan ditentukan, perusahaan kosmetik terkait harus memberikan bukti ilmiah yang dapat divalidasi oleh sumber yang kredibel menggunakan beberapa metode pilihan, seperti sensory property analysis, consumer testing, in vivo clinical/expert assessment, instrumental test, atau in vitro/ex vitro test.
Skinproof, anak perusahaan Arya Noble, yang berfokus pada riset konsumen dan pengujian produk di industri kosmetik, kecantikan, wellness, dan perawatan pribadi, telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melakukan product testing dan consumer research melalui berbagai metode-metode tersebut.
Theresia Sinandang, Head of Skinproof memaparkan bahwa dalam memilih produk kosmetik yang tepat, pertama-tama konsumen perlu mengetahui hal yang sangat mendasar, yaitu kondisi dan permasalahan kulit masing-masing.
“Kondisi kulit setiap orang berbeda, sehingga produk yang cocok bagi seseorang mungkin tidak cocok pada kulit orang lain karena kulitnya memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum memilih produk, penting untuk mengetahui kondisi dan kondisi kulit agar dapat mendapatkan produk yang sesuai,” jelasnya.
Selain itu, konsumen perlu berhati-hati terhadap klaim produk yang terlalu menjanjikan serta membiasakan untuk membaca label produk dengan seksama.
“Dengan akses informasi yang tersedia luas saat ini, konsumen bisa mendapatkan sumber informasi yang kredibel untuk mengetahui kandungan kosmetik dan efeknya terhadap kulit dengan sangat mudah. Sehingga dengan mengetahui kandungan kosmetik dan efeknya, konsumen dapat mempertimbangkan dengan baik apakah suatu produk sesuai dengan kebutuhan kulitnya atau tidak, saat membaca label produk tersebut,” ucap Theresia.
Editor : M Mahfud