DEPOK, iNewsDepok.id - Mengenal sejarah Stasiun Jakarta Kota, stasiun peninggalan Belanda yang legendaris, yang dulunya bernama Beos. Stasiun Jakarta Kota termasuk salah satu stasiun terbesar di Indonesia.
Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A, yang terletak di kawasan wisata Kota Tua Jakarta, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Stasiun ini masuk dalam obyek wisata sejarah di Kota Tua dan menjadi situs cagar budaya yang dilindungi negara.
Stasiun yang merupakan peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda ini memiliki bangunan yang sangat unik. Melansir dari Heritage KAI, Stasiun Beos atau Stasiun Jakarta Kota dibangun sejak 1870.
Stasiun ini termasuk karya besar arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, 8 September 1882 yakni Frans Johan Louwrens Ghijsels. Desainnya Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat yang dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.
Gaya arsitektur yang khas ini pun tampak begitu terasa di unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atapnya.
Unit-unit massa Stasiun Jakarta Kota terbagi dalam: unit massa kepala; unit massa sayap, gerbang masuk utama dan peron; unit massa menara (utama atau depan, samping, dan gerbang samping) dan secara keseluruhan konfigurasinya membentuk huruf T.
Stasiun Jakarta Kota dulu disebut Beos yang merupakan singkatan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur. Nama lain Stasiun Beos adalah Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.
Nama tersebut disematkan pada akhir abad ke-19. Pasalnya, Batavia memiliki stasiun kereta api Batavia Noord atau Batavia Utara yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang).
Setelah pembangunan pertamanya, Batavia Zuid ditutup pada 1926 untuk renovasi dan menjadi bangunan yang hingga kini ada. Pembangunan tersebut rampung pada 19 Agustus 1929 dan resmi digunakan pada 8 Oktober 1929.
Mengenal sejarah Stasiun Jakarta Kota. Foto: MPI/Martin Ronaldo
Peresmian Stasiun Beos dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jenderal Jhr. A.C.D. de Graeff yang memimpin Hindia Belanda sekitar 1926-1931.
Saat ini Stasiun Jakarta Kota memiliki 12 jalur kereta api. Setiap harinya stasiun ini dipenuhi dengan calon penumpang kereta api yang didominasi oleh pengguna Commuter Line relasi Jakarta Kota–Bogor dan Jakarta Kota - Bekasi.
Stasiun ini juga merupakan stasiun tipe Terminus, yaitu stasiun akhir dan tidak memiliki kelanjutan jalur rel kereta api.
Demikianlah sejarah Stasiun Jakarta Kota, salah satu stasiun terbesar di Indonesia yang merupakan peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang usianya sudah lebih dari satu abad.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani