DEPOK, iNewsDepok.id – Bioplastik alias plastik ramah lingkungan sudah lama ditemukan. Namun masalahnya adalah bioplastik terlalu mudah sobek seulit jadi pengganti plastik konvensional. Seorang mahasiswa program doktoral UI berhasil mengatasi masalah tersebut.
Plastik konvensional yang terbuat dari minyak bumi harus dienyahkan karena menjadi sampah yang menumpuk dimana-mana dan menjadi persoalan besar umat manusia. Butuh waktu 100-500 tahun agar sampah plastik bisa hancur.
Namun untuk mencari pengganti plastik tidaklah mudah. Para ahli bekerja keras menciptakan bioplastik yang bisa terurai di alam dalam waktu singkat.
Hanya saja masalahnya, bioplastik sangat mudah sobek. Maka tak heran, bioplastik ini tidak kunjung bisa digunakan secara luas.
Masalah tersebut rupanya membuat Muhammad Ghozali, mahasiswa Program Doktor Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) gundah gulana.
Ia pun akhirnya melakukan penelitian dan menghasilkan disertasi doktoral berjudul “Pemanfaatan Limbah Pati Aren dan Limbah Cair Tapioka Sebagai Bioplastik Untuk Kemasan Fleksibel”.
Penelitian Ghozali membuatnya meraih gelar doktor dengan IPK sempurna 4,00 dan predikat Cum Laude di bulan Desember 2022 Ia merupakan Doktor ke-57 yang lulus dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik UI.
Lalu bagaimana cara Ghozali membuat bioplastik menjadi kuat.
”Kita memodifikasi struktur kimia pati, penambahan penguat dan pencampuran dengan biopolimer,” beber Ghozali.
Modifikasi struktur kimia pati dilakukan metode oksidasi. Agar lebih kuat, struktur pati ditambah dengan serat selulosa. Tak cukup sampai di situ, upaya Ghozali membuat bioplastik sekuat plastik konvensional dilakukan penambahan polimer poliasam laktat.
Hebatnya Ghozali membuat semua itu dengan metode biologi yang ramah lingkungan. Selulosa misalnya dihasilkan dari bakteri yang diberi media cair tapioka.
Upaya Ghozali tak sia-sia. Bioplastik produksinya lebih padat, lebih kuat, tak mudah sobek dan tak gampang lumer.
“Dengan cara yang kita lakukan, ketahanan mekanik bioplastik meningkat secara signifikan,” beber Ghozali
Ghozali mengaku menggunakan pati aren sengaja dilakukan. Menurutnya penggunaan pati jagung dan beras sebenarnya bisa dilakukan tetapi itu akan mengganggu ketahanan pangan.
Ini mengingat beras dan jagung menjadi sumber pangan penduduk.
Meski kekuatannya meningkat dari bioplastik pada umumnya, Ghozali menyatakan bioplastik buatannya tetap ramah lingkungan dan bisa terdegradasi secara alami.
Hasil penelitian Muhammad Ghozali ini tentu saja membuat gembira Dekan FTUI, Prof Dr Heri Hermansyah, ST, MEng, IPU.
”Penelitian ini sangat potensial sebagai pengganti plastik sekali pakai,” kata Heri Hermansyah.
Editor : M Mahfud