Kerajinan limbah bambu yang sudah jadi pun dijual dengan harga Rp. 30.000- Rp. 500.000 tergantung tingkat kesulitannya. Akan tetapi, Trisna menegaskan tujuan utama komunitasnya membuat kerajinan ini bukan untuk mencari untung.
Selain menjaga lingkungan sekitar sungai Ciliwung, Trisna mengatakan kerajinan tersebut dibuat agar kota Depok memiliki ciri khas tersendiri. Ia pun berharap kegiatan yang dilakukan komunitasnya dapat mengedukasi masyarakat tentang kepedulian terhadap lingkungan khususnya disekitar sungai Ciwilung.
“Saya merasa risih aja di Kota Depok tidak punya ciri khas. Pingin biar kerajinan ini di kenal sebagai ciri khas Kota Depok. Jadi, kalau ada orang dari luar datang ke sini bisa bawa kerajinan ini sebagai oleh-oleh,” kata Trisna.
“Agar orang lebih menghargai lagi keberadaan bumi khususnya sungai. Semoga masyarakat luas lebih aware lagi terhadap lingkungan. Jangan hanya berkoar saja ketika ada bencana” pungkasnya.
Anggota Komunitas Ciliwung Depok, Rhonal Valent. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Anggota Komunitas Ciliwung Depok, Rhonal Valent saat membuat kerajinan dari limbah bambu. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Kerajinan dari limbah bambu. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Anggota Komunitas Ciliwung Depok, Rhonal Valent (Kanan) Trisna Renganis (Kiri). Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Anggota Komunitas Ciliwung Depok, Rhonal Valent saat membuat kerajinan dari limbah bambu. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Anggota Komunitas Ciliwung Depok, Rhonal Valent saat membuat kerajinan dari limbah bambu. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Hasil kerajinan dari limbah bambu. Foto: Insan Sujadi/iNewsDepok
Editor : M Mahfud