SUMEDANG, iNewsDepok.id - Mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Mahbub Junaidi, yang sebelumnya pernah menjadi seorang wartawan dan seniman, harus menggeluti usaha barunya sebagai pembuat minuman bir berfermentasi. Namun bir yang ia buat, tidak memabukkan, bahkan tergolong 0 % alkohol.
Pria yang akrab dipanggil Bobby ini, berhasil menemukan racikan formula baru pengganti bahan baku bir pada umumnya.
Temuannya ini berhasil ia peroleh setelah hijrah dari Jakarta, lalu menikah dan tinggal di Dusun Sembir, Desa Gunasari, Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang, Jawa Barat.
Tidak seperti minuman layaknya orang-orang Bavaria, Jerman atau Plzen, Ceko yang mengandalkan gandum, hops dan malt untuk bahannya. Bobby justru memanfaatkan sumber daya alam di mana tempat Bobby tinggal sekarang.
Dalam pembuatannya Bobby menguji pucuk teh dari perkebunan Cisoka, Sumedang, Jawa Barat.
Kepada iNews Depok, Jum'at (16/12/2022), Bobby menceritakan sejarah awal pembuatan bir yang diberi nama 'Sambeang'.
Sejarah Sambeang
Pasca meninggalnya ibu kandung Bobby, ditambah keterpurukan ekonomi selama pandemi Covid-19, membuat Bobby dan istrinya memutar otak mencari hal baru. Apalagi, sebagai orang yang baru tinggal di daerah lain.
"Awalnya setelah ibu meninggal karena penyakit diabetes akut. Dari penyakit yang ibu saya derita, saya ingin balas dendam dengan cara positif, yaitu membuat sesuatu yang bisa bermanfaat dan bisa dijadikan obat," kata Bobby.
Bahkan dari pengobatan ibunya, Bobby harus mengeluarkan uang hingga puluhan juta rupiah.
Sebelum adanya bir Sambeang ini, Bobby pernah mencoba memproduksi gula aren lokal dan bir pletok, berbekal pengalamannya sebagai orang Betawi, ditambah keberagaman sumber daya alam di kampung istrinya di Sumedang.
"Sebelum bikin bir, saya juga pernah bikin gula aren. Karena kualitas aren di sini juga bagus," kata Bobby.
Bobby pernah bereksperimen membuat bir pletok itu dengan fermentasi dari beberapa buah-buahan seperti mangga, salak dan aren tersebut. Karena kandungan gula pada buah-buahan itu cukup tinggi, maka minuman yang ia ciptakan mengandung alkohol.
Hingga akhirnya ia terus melakukan riset dengan mengkombinasikan budaya Betawi yaitu bir pletok yang kaya akan rempah-rempah, dan teh hijau perkebunan Cisoka.
"Saya kan lihat di kampung istri saya ini ada perkebunan teh yang memiliki kualitas bagus, dan kebetulan ada kenalan pemilik kebun teh," ujarnya.
Dari pertemuan dengan pemilik kebun teh, Bobby kembali bereksperimen membuat minuman itu. Hal itu dilakukan sekitar pertengahan tahun 2021.
Butuh waktu setahun bagi Bobby, hingga ia menemukan formula yang pas dan tanpa mengandung alkohol.
"Di desa tempat saya tinggal banyak sumber daya alam yang belum dimaksimalkan. Saya menemukan gula aren, rempah-rempah, nah yang terakhir saya menemukan teh," ujar pria yang memiliki nama panggung Bobby Fals.
"Dari situlah saya membuat minuman teh hijau Cisoka yang saya fermentasikan dengan rempah-rempah," imbuhnya.
Mengenai nama Sambeang, Bobby mengambil nama itu dari kamus Sunda, yang memiliki arti sembahyang atau ibadah.
Bukan tanpa sebab menjadikan kamus Sunda sebagai rujukan, tetapi Bobby lebih menceritakan bagaimana dirinya menjalankan ikhtiar ibadahnya dengan membuka bisnis baru, yang bisa menghidupkan banyak sektor.
Dalam usahanya ini, ia memanfaatkan semua potensi kearifan lokal, seperti bahan dasar yang seluruhnya berasal dari Sumedang. Serta kebutuhan lainnya, yang dimanfaatkan Bobby dari warga sekitar.
"Saya anggap proses perjalanan pembuatan bir ini ibadah. Karena dengan adanya bir ini, saya memanfaatkan sumber daya alam lokal, bahkan untuk proses lainnya," kata Bobby.
"Rasa Uniknya ini, merupakan anugrah besar yang diberikan Tuhan, Alloh SWT dalam tiap lembar pucuk teh Cisoka, dan menjadi bukti betapa kayanya tanah Indonesia, khususnya Sumedang sebagai bagian dari Jawa Barat," imbuhnya
Termasuk dalam hal kemasan, Bobby memanfaatkan botol daur ulang berwarna hijau. Dan memanfaatkan limbah kayu untuk proses pengepakan botol-botol minumannya.
"Memilih botol hijau atau gelap dalam minumannya, tidak semata-mata hanya faktor estetikanya saja. Melainkan, dengan memilih botol hijau itu mampu melindungi paparan sinar UV," kata Bobby.
Tidak Memabukkan dan Berkhasiat
Meskipun Bobby menyebut minumannya ini sebagai bir, namun Bobby mengklaim produk minumannya ini tidak memabukkan, bahkan berkadar 0 % alkohol.
"Dari awal produksi kita sudah uji kepada masyarakat dampaknya. Bahkan saya menggunakan alat alkohol meter, yang menunjukkan bahwa minuman Sambeang ini tidak beralkohol," tegas Bobby.
Bahkan pernah ada konsumen yang datang kepadanya dalam kondisi mabuk. Lalu konsumen itu mengira, produk minuman Bobby ini sama dengan produk minuman alkohol lainnya. Setelah diminum, konsumen itu justru malah merasakan badan lebih enak dan mabuknya pun hilang.
"Pernah ada yang datang kondisinya teler, pesan satu botol. Setelah diminum di seberang kedai saya, saya perhatikan yang tadinya dia teler, setelah minum Sambeang malah sadar," kata Bobby.
Tidak hanya itu, banyak warga sekitar yang sebelumnya kecanduan menggunakan obat-obatan terlarang. Setelah mencoba minuman ini, mereka kini enggan mengonsumsi obat-obatan terlarang itu.
"Banyak pelanggan itu justru mantan pemabuk, bahkan ada yang sampai nge-boti (sebutan istilah penyalahgunaan obat-obatan terlarang). Pas udah minum Sambeang, mereka ogah nge-boti lagi," ujarnya.
Uniknya, berdasar pengakuan sejumlah konsumen. Jika Sambeang diminum dalam kondisi lelah, minuman ini akan memberikan efek relaksasi sampai bisa menghasilkan istirahat berkualitas.
"Kalau minum sesuai anjuran, menjelang tidur malam. Kalau badan berasa enteng jangan dilawan. Langsung istirahat, besok pagi badan lebih bugar, itu kata orang yang udah pada mencoba," ujar Bobby.
Selain itu banyak konsumen mengaku, minuman bir ini dipercaya bisa menyembuhkan wasir, melancarkan peredaran darah, meredakan asam urat dan menurunkan kolesterol.
Semangat Bobby memperkenalkan minumannya ini, berujung hingga ia dikenal di beberapa pelaku UMKM di tingkat Sumedang.
Hingga akhirnya, pihak Komite Akreditasi Nasional (KAN) melalui Laboratorium Penguji Fak. Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, menguji produk minuman Bobby.
Bobby tercengang dengan hasil penelitian minumannya, yang menyatakan produk minumannya tergolong menyehatkan dan tidak berbahaya.
Bir halal Sambeang. Foto: Tama/ iNews Depok.
"Saya tercengang melihat hasilnya. Dari uji laboratorium dukungan dari Unpad, ternyata minuman Sambeang mengandung bahan-bahan yang aman dan menyehatkan," kata Bobby.
Namun mengingat ini merupakan minuman fermentasi, Bobby tidak menganjurkan minuman ini dikonsumsi saat perut kosong. Dan tidak dianjurkan kepada wanita hamil atau menyusui, serta anak balita. Seperti yang tertera di kemasan minuman itu.
Bobby mengaku, minuman Sambeang-nya ini baru dipasarkan di sekitar Sumedang, Kuningan dan Cirebon, Jawa Barat. Namun berkat usaha bersama istrinya, kini Sambeang sudah dijual di sejumlah marketplace atau e-commerce.
"Untuk saat ini penjualan offline baru bisa dijual di sekitar Sumedang, Kuningan sama Cirebon, itu juga udah kewalahan. Kalau di online paling bini gue yang jualan," kata Bobby.
Harga untuk satu botol minuman ini dibanderol Rp 17 ribu.
Bobby berharap produksinya ini bisa menjadi pengganti minuman keras beralkohol, dan menggantinya dengan minuman menyehatkan dan tidak memabukkan.
"Saya berharap, daripada pusing bahas miras, mending dialihkan ke produk Sambeang ini yang lebih aman dan menyehatkan. Apalagi segmen jualan saya, justru banyak di kantong wilayah yang notabenenya mantan pemabuk," kata Bobby.
Editor : M Mahfud