FLORIDA, iNewsDepok.id - Pernahkah Anda berpikir mengapa hewan yang tinggal di lautan terdalam dan terdingin memiliki ukuran yang sangat besar? Hewan-hewan tersebut mengalami pertumbuhan dengan ukuran raksasa atau dikenal dengan fenomena gigantisme.
Biasanya hewan yang dapat tumbuh dengan ukuran raksasa tersebut adalah makhluk invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang punggung antar ruas-ruas tulang belakang.
Fenomena gigantisme terjadi pada hewan invertebrata seperti cumi-cumi, laba-laba laut, cacing dan hewan lainnya. Cacing misalnya bisa seukuran ular naga, mengerikan.
Di perairan subantartika banyak hidup cumi-cumi raksasa (Mesonychoteuthis hamiltoni). Cumi-cumi tersebut berukuran sekitar 14 kali lebih panjang daripada cumi-cumi panah (Nototodarus sloanii) yang umum ditemukan di Selandia Baru.
Sementara di perairan Pasifik yang terpencil, hidup spons laut seukuran minivan. Wow, sangat besar ya!
Lantas mengapa di lautan terdalam dan terdingin bisa menyebabkan fenomena gigantisme sehingga hewan tumbuh begitu besar?
Sementara faktanya, berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan pada Journal of Biogeography tahun 2006, sumber daya sangat terbatas di bagian terdalam lautan. Sebagian besar makanan berasal dari perairan yang lebih dangkal dan hanya sebagian kecil yang berada di kedalaman laut.
Ternyata, ketika makanan langka, memiliki ukuran badan yang lebih besar memberikan keuntungan dalam berburu mangsa.
Alicia Bitondo, aquarist senior di Monterey Bay Aquarium di California, yang bekerja dengan spesies laut dalam, mengungkapkan hewan yang lebih besar dapat bergerak lebih cepat dan lebih jauh untuk mencari makanan atau pasangan.
Di samping itu, mereka juga memiliki metabolisme yang lebih efisien dan lebih baik dalam menyimpan makanan.
“Jadi ketika sesuatu seperti bangkai besar hanyut ke perairan yang lebih dalam, predator besar dapat mengkonsumsi lebih banyak dan menyimpan energi itu untuk waktu yang lebih lama,” kata Bitondo, seperti dikutip dari laman Live Science, pada Minggu (4/12/2022).
Di samping itu, suhu dingin di laut dalam juga dapat memicu gigantisme dengan memperlambat metabolisme hewan secara signifikan. Makhluk di ekosistem ini sering tumbuh dan dewasa sangat lambat.
Sebagai contoh hiu Greenland (Somniosus microcephalus). Hiu yang bergerak lambat ini dapat tumbuh hingga panjangnya 7,3 meter dan beratnya dapat mencapai 1,4 metrik ton.
Untuk mencapai pertumbuhan itu dicapai dalam rentang waktu yang berlangsung selama berabad-abad. Hiu Greenland tumbuh sekitar 1 sentimeter per tahun dan tidak mencapai kematangan seksual sampai mereka berusia sekitar 150 tahun.
“Sebagian karena kurangnya pemangsa di laut dalam sehingga hiu ini dapat hidup begitu lama dan tumbuh begitu besar,” tambah Bitondo.
Sebelum manusia bertemu dengan raksasa laut dalam, mereka menemukannya di dekat Kutub Selatan. Di dekat Antartika, gigantisme terjadi lebih dekat ke permukaan.
Di sana terdapat siput laut raksasa, bunga karang, cacing, laba-laba laut, dan bahkan organisme bersel satu raksasa yang membeku di air yang lebih dangkal.
Art Woods, seorang ahli ekofisiologi yang telah mempelajari gigantisme kutub dan profesor di University of Montana di Missoula mengungkapkan mungkin ada sesuatu di Antartika yang memungkinkan spesies raksasa hidup lebih dekat ke permukaan.
“Ini terkait dengan pasokan oksigen di perairan dingin yang mengelilingi benua beku,” ungkap Art Woods.
Berdasarkan Survei Geologi AS (USGS) perairan kutub memiliki konsentrasi oksigen tinggi. Tapi, hewan di lingkungan ini menggunakan oksigen dengan sangat lambat, karena suhu air dingin mengurangi tingkat metabolisme mereka.
Dengan suplai oksigen yang melimpah jauh melebihi kebutuhan, ini menghilangkan hambatan untuk tumbuh menjadi besar.
“Lingkungan memungkinkan mereka untuk mengembangkan ukuran tubuh dan ukuran jaringan yang lebih besar tanpa menderita kekurangan oksigen,” tambah Art Woods.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani