Logo Network
Network

Wilayahnya Berbukit-bukit, Kabupaten Bogor Tertinggi Alami Bencana Banjir dan Tanah Longsor

Binti Mufarida
.
Selasa, 18 Oktober 2022 | 14:12 WIB
Wilayahnya Berbukit-bukit, Kabupaten Bogor Tertinggi Alami Bencana Banjir dan Tanah Longsor
Petugas BPBD Kabupaten Bogor memantau luapan Kali Cidangdeur, Selasa (10/8/2021). Dua kampung terendam banjir akibat luapan kali ini. Foto: BPBD Kab Bogor

DEPOK, iNewsDepok.id - Kabupaten Bogor, Jawa Barat memiliki topografi wilayah yang berbukit-bukit sehingga tetangga Kota Depok ini berisiko tinggi terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Terutama pada Oktober dan April.

“Kabupaten Bogor mungkin hampir 40 sampai 60 persen wilayahnya karena topografinya banyak yang berbukit itu risiko tanah longsornya tinggi. Itu yang menjadi catatan kita," ungkap Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dikutip dari Youtube BNPB, Selasa (18/10/2022).

Menurut Abdul Muhari, Kabupaten Bogor itu adalah kabupaten yang secara historis kejadian banjir dan tanah longsor itu paling tinggi di Indonesia.

“Kita punya 514 kabupaten kota, kalau kita runut historis kejadian bencana banjir dan tanah longsornya itu dari 514 itu yang paling tinggi adalah Kabupaten Bogor,” ungkap Abdul Muhari.   

Dari data 10 tahun terakhir, ungkap Abdul Muhari, kejadian bencana paling tinggi di Kabupaten Bogor biasanya mulai terjadi pada bulan Agustus, serta puncaknya di bulan Oktober dan bulan April.

“Jadi musim kita itu kalau musim hujan itu Desember, Januari, Februari, peralihan dari hujan kemarau itu Maret, April, Mei, kemarau Juni, Juli, Agustus, peralihan kemarau ke hujan September Oktober November. Rata-rata memang kalau kita lihat historisnya itu terjadi pada fase-fase peralihan,” ungkapnya.

Abdul Muhari mengungkapkan saat ini kondisi musim yang tidak normal juga perlu diwaspadai kejadian bencana hidrometeorologi. Pada bulan Agustus seharusnya masuk musim kemarau justru masih hujan dengan intentitas tinggi.

“Tapi sekarang musim-musim ini tidak normal lagi, Agustus yang seharusnya kemarau kita masih hujan bahkan intensitasnya tinggi, banjir tinggi, Juni Juli Agustus itu seharusnya kita masih kemarau tapi di sini banjir cukup tinggi, kemudian cuaca ekstrem cukup tinggi, longsor juga cukup tinggi,” paparnya.

Lebih lanjut Abdul Muhari berpesan bahwa tidak ada waktu dalam satu tahun untuk tidak waspada bencana hidrometeorologi. 

“Kemarau pun kita harus waspada longsor, Agustus pun kita harus waspada banjir. Jadi tidak ada 1 bulan dalam satu tahun, kalau kita melihat data waktu untuk tidak waspada bencana hidrometeorologi,” katanya.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Berita iNews Depok di Google News

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.