JAKARTA, iNewsDepok.id - Rokok elektrik atau vape seringkali dijadikan alternatif untuk berhenti merokok. Tapi ahli mengungkapkan fakta bahwa vape ternyata tidak lebih baik dari rokok konvensional, mengapa demikian?
Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), vape bukan alternatif berhenti merokok. Pasalnya, vape tetap berbahaya bagi kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Vape sama buruknya dengan rokok konvensional. Vape tetap berbahaya bagi kesehatan sekalipun kandungan toksiknya lebih rendah daripada rokok konvensional," ungkap dr. Radityo saat webinar Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Jantung Sedunia 2022 beberapa waktu lalu, dikutip pada Senin (3/10/2022).
Lantas berapa kandungan zat toksik pada vape? Dijelaskan oleh dr. Radityo, kandungan zat toksik yang ada di dalam vape itu sekitar 2.800. Sementara kandungan zat toksik pada rokok konvensional sekitar 7.000.
"Kalau ditanya mana yang lebih baik antara vape atau rokok konvensional, ya, jawabannya tidak keduanya,” tegas dr. Radityo.
Menurutnya, yang paling baik adalah tidak merokok sama sekali dan menjauhi asap rokok.
Lebih lanjut menurut dr. Radityo, rokok elektrik atau vape memiliki efek adiksi yang sama seperti rokok konvensional.
Di samping itu, vape tidak mengantongi lisensi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai produk alternatif untuk berhenti merokok.
dr Radityo menjelaskan kandungan zat toksik yang ada di dalam rokok konvensional maupun vape itu dapat mengganggu proses delivery oksigen ke jantung dan seluruh tubuh, karena terbentuknya plak aterosklerosis.
Mereka yang rutin merokok secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Kalau kebiasaan ini sudah terjadi sejak usia muda, maka masalah kesehatan jantung kemungkinan besar dapat terlihat di 5-10 tahun mendatang.
"Terlebih jika individu itu punya faktor risiko lainnya yang memperburuk kondisi kesehatan jantung, seperti malas bergerak, tidak memperhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi, pun minum alkohol berlebihan," ungkap dr. Radityo.
Bahkan, yang lebih buruk, lanjut dr. Radityo, bukan hanya perokok aktif yang bakal merasakan masalah kesehatan jantung, tapi juga orang-orang di sekitarnya yang biasa disebut sebagai perokok pasif.
"Perokok pasif punya risiko tinggi untuk alami masalah jantung. Pada perokok pasif, risiko kejadian penyakit jantung meningkat sebanyak 25-30%," tutupnya.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani