Pada Kongres Pemuda II 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda, Sunario Sastrowardoyo menjadi penasihat panitia.
Selain itu, dia juga menjadi pembicara dengan makalah bertajuk Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sunario menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Kemudian, pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo, dia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
Salah satu pencapaiannya semasa menjadi Menlu adalah ketika berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955.
Sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia, Sunario Sastrowardoyo menghasilkan ‘Dasasila Bandung’ dan berbagai bentuk kerja sama di antara negara-negara yang terlibat konferensi tersebut.
Konferensi ini nantinya akan menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Non-Blok, meskipun pada saat itu Sunario sudah tidak aktif lagi karena menjadi Duta Besar di Inggris (1956-1961).
Setelah menjadi Dubes, Sunario juga diangkat sebagai guru besar politik dan hukum internasional Universitas Diponegoro.
Pada kehidupan pribadinya, Sunario Sastrowardoyo menikah bersama Dina Maranta Pantouw pada 7 Juli 1930. Hingga pada akhirnya, dia wafat pada 18 Mei 1997 di Jakarta. Jasadnya sendiri dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Editor : Mahfud