get app
inews
Aa Text
Read Next : dr Ririn Lanjutkan Pencegahan Stunting, Ini Langkahnya

Risiko Stunting Meningkat pada Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Selasa, 26 Juli 2022 | 13:22 WIB
header img
Indonesia menempati peringkat ke–5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (Foto: Tangkapan Layar)

JAKARTA, iNewsDepok.id - Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita, dipicu banyak hal, salah satunya adalah kurangnya kecukupan gizi anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Oleh karena itu, intervensi gizi terhadap anak yang memiliki risiko stunting, seperti bayi prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi penting dilakukan.

Umumnya, stunting terjadi di 1000 HPK yaitu, 20% stunting terjadi sejak saat kelahiran, 20% terjadi pada 6 bulan pertama, 50% terjadi pada 6-24 bulan, dan 10% terjadi pada tahun ketiga.

20% stunting yang terjadi sejak saat kelahiran, dialami oleh bayi prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Pemberian gizi pada ibu hamil dan perawatan khusus pada bayi baru lahir dengan gejala stunting sangat krusial karena kekurangan gizi pada periode tersebut berdampak permanen dan sulit diperbaiki.

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM mengatakan, upaya mencegah stunting dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

“Intervensi spesifik utamanya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan bahkan jauh sebelum ibu hamil. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang mendukung penurunan stunting dan dikoordinasikan oleh BKKBN,” ungkapnya. 

"Terdapat beberapa intervensi spesifik untuk mencegah stunting, antara lain: (1) Tablet tambah darah bagi remaja putri (rematri) 12-17 tahun. (2) Pemeriksaan Hb bagi rematri kelas 7 dan 10. (3) Pemeriksaan kehamilan sesuai standar menjadi 6x. (4) Tablet tambah darah bagi ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan. (5) Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis. (6) ASI eksklusif. (7) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. (8) Pemberian makanan tambahan bagi balita gizi kurang. (9) Tatalaksana balita gizi buruk. (10) Imunisasi dasar lengkap bagi seluruh balita," jelas dr. Erna.

Dikatakan Dokter Anak Konsultan Neonatologi, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K), bayi dengan kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masuk ke dalam bayi yang berisiko tinggi mengalami stunting.

Indonesia sendiri menempati peringkat ke–5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir secara prematur dan 7 bayi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 35% kasus stunting disebabkan oleh kelahiran prematur dan 20% kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah.

Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar, dan gangguan perilaku. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining perkembangan pada usia 9, 18, dan 30 bulan.

“Cara mencegah kelahiran prematur dan BBLR bisa dengan mempersiapkan kehamilan yang sehat dengan melakukan pemeriksaan antenatal rutin dan persiapan pra-nikah. Nutrisi dan kesehatan ibu selama hamil penting untuk mencegah kelahiran prematur. Namun, jika bayi sudah terlahir prematur, tenaga medis maupun fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pertolongan awal dan selanjutnya melakukan perawatan bayi prematur secara baik. Pemberian ASI eksklusif juga sangat penting. Jika bayi sudah stunting maka perlu dilakukan tata laksana gizi di rumah sakit dengan pemberian PKMK (Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus) makanan khusus atau dengan pemberian nutrisi parenteral,” tambah dr. Rinawati.

Dukung pemerintah menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia, Direktur PT Fresenius Kabi Indonesia, Herlina Harjono menyatakan, pihaknya terus berkomitmen untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia, dengan menyediakan solusi nutrisi parenteral agar nutrisi bayi prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tercukupi.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut