DEPOK, iNews.id - Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang saat ini sedang dibelit masalah penambangan batu andesit, merupakan wilayah yang penduduknya mayoritas memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu.
Perolehan suara pasangan yang diusung koalisi PDIP ini bahkan menang dengan suara signifikan dari lawannya, pasangan Prabowo-Sandi yang diusung koalisi PKS dan Gerindra.
Dikutip dari laman KPU, Kamis (10/2/2022), pada Pilpres 2019, di Desa Wadas pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapat 683 suara (82,79%), sementara Prabowo-Sandi hanya 142 suara (17/21%).
Foto: tangkapan layar
Tak hanya di Desa Wadas, di 27 desa/kelurahan lain di Kecamatan Bener, pasangan Jokowi-Ma'ruf juga menang mutlak, seperti di Desa Guntur misalnya, Jokowi-Ma'ruf mendapat 2.200 suara, sementara Prabowo-Sandi 324 suara; di Desa Kaliwader, Jokowi-Ma'ruf meraih 1.193 suara, sementara Prabowo-Sandi 178 suara; di Desa Kalijambe, Jokowi-Ma'ruf meraih 1.720 suara, sementara Prabowo-Sandi 653 suara; dan di Desa Kedung Puncang, Jokowi-Ma'ruf meraih 2.028 suara, sementara Prabowo-Sandi hanya 46 suara.
Total perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Kecamatan Bener sebanyak 28.008 suara, sementara Prabowo Sandi hanya 6.407 suara.
Kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Desa Wadas memang tidak terlalu mengherankan karena Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi basis PDIP, sehingga saat Pileg 2019, PDIP menang di semua daerah pemilihan di Jateng.
Di Dapil Jateng VI yang mencakup Kabupaten Purwerejo di dalamnya, PDIP meraih 592.360 suara, disusul PKB (447.532 suara) dan Golkar (206.166 suara).
Suara sebanyak 592.360 untuk PDIP yang bersumber dari Kabupaten Purworejo sebanyak 114.201 suara. Di Kabupaten ini PDIP menang mutlak, karena PKB hanya meraih 63.718 suara, Demokrat 56.950 suara, Golkar 50.714 suara, dan Gerindra 27.525 suara.
Fakta ini mengejutkan banyak netizen dan menimbulkan beragam komenter, kebanyakan komentar miring, karena data ini pun telah tersebar di media sosial.
"Yangmilih mereka saja digitukan ...bagaimana yg ndak milih ya?? Ngeri," kata @WonggNdeso.
Foto: tangkapan layar
"Sebelum terpilih .. kaos, minyak goreng, sembako, Duit pada dateng ... stlh sudah terpilih baru ditendang," kata @EmHafash.
Foto: tangkapan layar
"Air susu dibalas dgn air comberan ... Konyol!!" kata @TitiFirdaus.
"Aer got," sahut @Gandi06430393.
Foto: tangkapan layar
Seperti diketahui, sejak 2016 warga Desa Wadas menolak rencana penambangan batu andesit di wilayahnya untuk proyek strategis nasional (PSN) Bendungan Bener.
Menurut LBH Yogyakarta, pendamping warga Desa Wadas, selama penolakan terjadi, warga telah sering kali mendapat tekanan dari kepolisian.
Pada Selasa (8/2/2022), polisi mengerahkan ribuan aparatnya untuk tak hanya mengawal petugas dari Badan Pertanahan yang melakukan pengukuran tanah di desa itu, tetapi juga mencopoti banner penolakan warga terhadap penambangan batu andesit di wilayahnya, dan menangkapi lebih dari 60 warga.
Tindakan polisi ini menuai kecaman dari banyak kalangan, termasuk dari Muhammadiyah, PBNU, Komnas HAM dan YLBHI, tetapi pengerahan ribuan personel itu tetap berlangusung sampai Rabu (9/2/2022), sehingga melalui siaran pers yang diposting @Wadas_Melawan, diketahui kalau kejadian itu menimbulkan ketakutan dan trauma bagi penduduk desa tersebut.
Hingga hari ini, menurut akun itu, suasana di Desa Wadas belum sepenuhnya kondusif, karena warga tetap menolak desanya dijadikan lokasi penambangan andesit.
Editor : Rohman
Artikel Terkait