Keberadaan PLTS terapung ini diharapkan dapat menghindarkan 214.000-ton emisi karbon dioksida setiap tahunnya.
“Kami bangga dapat menjadi bagian dari proyek ini, yang tidak hanya strategis bagi Pemerintah Indonesia, namun juga memberikan sinyal positif bagi perekonomian global lainnya yang bermaksud meningkatkan target dekarbonisasi mereka melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung,” kata Ken Yap, Commercial Vice President at ABB’s Electrification Business in Indonesia.
“Teknologi terdepan dari ABB merupakan bagian penting dalam distribusi energi terbarukan yang andal dari pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PV) terapung pertama dengan skala utiliti di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara. Infrastruktur distribusi yang kuat sangat penting bagi keberhasilan rencana Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energinya, dan kami sangat antusias dapat menjadi bagian dari perjalanan tersebut,” tambahnya.
Solusi ABB yang mencakup 17 panel MV primer AIS UniGear ZS1, yang dilengkapi relai proteksi Relion ini, bertujuan mengontrol, melindungi, dan mengisolasi peralatan listrik serta memastikan keandalan pasokan listrik. Perangkat tersebut juga membutuhkan pemeliharaan minimum yang memungkinkan tingkat pengembalian investasi yang optimal.
Lebih lanjut lagi, perlindungan dan kontrol pengumpan rangkaian produk Relion, REF615 dapat meningkatkan keselamatan karena memungkinkan untuk dioperasikan dan dikendalikan dari jarak jauh.
Selain itu, jumlah switchgearini dapat dengan mudah ditambah, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembangkit di masa mendatang. Adapun keuntungan lainnya dari PV terapung adalah modul-modulnya tetap terjaga dalam kondisi sejuk karena dikelilingi air di sekitarnya sehingga berdampak pada efisiensi yang optimal.
Saat ini, energi terbarukan baru menyumbang 14 persen dari total bauran energi di Indonesia. Karenanya, Pemerintah telah menargetkan penambahan 60 instalasi PV terapung lainnya seperti pembangkit listrik Cirata untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan pada 2025, dan 31 persen pada 2050.
Didukung 100 waduk dan 521 danau alami di seluruh negeri, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mewujudkan target yang dimaksud, dan proyek Cirata akan menjadi cetak biru (blueprint) untuk mereplikasi lebih banyak pembangkit listrik tenaga surya terapung di berbagai wilayah Indonesia maupun di seluruh penjuru dunia.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata mempekerjakan lebih dari 1.400 warga lokal selama proses konstruksinya, serta mencatatkan lebih dari 2 juta jam kerja tanpa kecelakaan.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait