DEPOK, iNewsDepok.id - Nike Ardilla masih menjadi magnet bagi penggemar musik slow rock. Fans penyanyi kelahiran Bandung itu berhimpun dalam Nike Ardilla Fans Club (NAFC) dan melakukan berbagai aktivitas. Anggota Komunitas NAFC tersebar di banyak wilayah, antara lain, di Bogor, Jawa Barat.
“Ikatan kekeluargaan kami di Komunitas NAFC, kuat. Kami saling support, sesuai minat dan bakat masing-masing,” ujar Inggit Ambar Wulan, anggota NAFC, yang sejak kecil sudah hobi menyanyi.
Pada Sabtu (10/6/2023) lalu, Inggit Ambar Wulan meluncurkan single pertamanya, Ilusi. Lagu itu ditulis oleh Marcel Paluruan, yang juga sama-sama anggota NAFC. Boleh dibilang, itu merupakan karya kolaborasi sesama fans Nike Ardilla.
Sekitar 100 orang hadir dalam peluncuran single Ilusi tersebut, yang digelar di sebuah café di Bogor. Suasananya meriah dan sangat terasa bahwa peluncuran tersebut sebagai hajatan komunitas. Sebagian besar yang hadir, relatif sudah saling kenal-mengenal.
“Saya memosisikan diri sebagai penyanyi yang lahir dari komunitas. Atas motivasi dari rekan-rekan komunitas pulalah, saya jadi percaya diri untuk tampil ke publik luas melalui single ini,” ungkap Inggit, yang Sabtu malam itu tampil dengan balutan busana serba hitam.
Marcel Paluruan mengaku menciptakan lagu Ilusi, dengan mengacu kepada karakter vokal Inggit Ambar Wulan.
“Saya sudah mengenal karakter vokalnya. Kami juga sama-sama penggemar Nike Ardilla. Karena sudah satu frekuensi, proses kreatifnya relatif tak banyak kendala,” tutur Marcel Paluruan tentang proses penciptaan lagu tersebut.
”Di mana dirimu kini, semua hanya bayangan. Di mana cintamu kini, tak ingin terulang lagi. Kau hanyalah ilusi di hatiku. Kau hanya mimpi-mimpi,” demikian petikan lirik lagu tersebut. Secara lirik, pilihan narasinya, relatif mudah untuk dipahami. Tak ada kata-kata yang rumit.
Demikian pula halnya dengan komposisi musiknya. Slow Rock-nya terasa, meski menurut pencermatan depok.inews.id, vokal Inggit Ambar Wulan kurang tebal. Jika vokalnya ditebalkan sedikit lagi, tentu akan lebih padu dengan aransemen musiknya.
Secara keseluruhan, baik musik maupun tarikan vokal, single Ilusi tersebut mengacu kepada musik era 90-an, masa puncak kejayaan Nike Ardilla. Hal itu diakui oleh Abah Ukam, selaku vocal director.
“Tim Kreatif Inggit memang menginginkan Ilusi ini mengacu ke genre musik 90-an. Nampaknya ini sekaligus ungkapan kerinduan kepada Nike Ardilla,” ungkap Abah Ukam sambil tersenyum.
Temaram, 3D Animasi
Pada Sabtu (10/6/2023) malam lalu itu, video klip Ilusi tersebut, untuk pertama kalinya ditayangkan di channel YouTube Inggit Ambar Wulan. Klip itu digarap secara 3D animasi. Sejak awal hingga akhir, suasana temaram mendominasi tayangan klip tersebut.
Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia, Sutrisno Buyil, yang hadir malam itu, berkomentar: “Single Ilusi ini nampaknya cocok untuk menjadi ilustrasi musik film horor. Jika berkenan, saya akan usulkan kepada Joko Anwar.”
Joko Anwar yang dimaksud adalah Penulis Skenario sekaligus Sutradara spesialis film horor. “Perlu diketahui, film horor adalah genre film yang paling banyak penontonnya. Jangan sampai kita yang hadir di sini memandang sebelah mata terhadap film horor,” lanjut Sutrisno Buyil, yang disambut tepuk tangan hadirin.
Tim Kreatif single Ilusi spontan merespon positif usulan Sutrisno Buyil. Menurut pencermatan depok.inews.id, jika Joko Anwar berkenan serta dikorelasikan dengan Nike Ardilla, tentu peluang pasarnya akan lebih besar. Bukan tidak mungkin akan booming.
Nike Ardilla lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 27 Desember 1975 dan meninggal di Bandung, pada 19 Maret 1995. Kematian Nike Ardilla dalam suatu kecelakaan tunggal, hingga kini masih tersimpan dalam ingatan publik, khususnya para fans-nya. Salah satu penandanya, Nike Ardilla Fans Club (NAFC) masih tetap eksis hingga kini.
Di masa jayanya, Nike Ardilla tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin Deddy Dores, penyanyi sekaligus pencipta lagu kenamaan Indonesia. Ia wafat pada 17 Mei 2016. Dalam hal ini, menurut pencermatan depok.inews.id, pilihan Tim Kreatif Inggit Ambar Wulan untuk masuk ke genre slow rock era 90-an, mungkin cukup beralasan.
Secara potensi pasar, masih cukup besar. Ikatan kekerabatan fans Nike Ardilla, masih cukup kuat. Dan, dengan sajian musik serta lagu yang easy listening, peluang untuk meraih generasi terkini pun, terbuka.
Meski demikian, Sutrisno Buyil mengingatkan: “Lagu bagus dan musik keren, tak cukup untuk menghadapi persaingan di industri musik. Promo yang kuat dan strategis sangat memegang peranan.”
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait