DEPOK, iNewsDepok.id - Di Jepang terdapat hutan yang paling menakutkan dan terkelam yaitu Hutan Aokigahara. Hutan ini terletak di sebelah barat laut Gunung Fuji membentang dari Kota Kawaguchiko hingga Desa Narzawa, Prefektur Yamanashi, sekitar 100 mil dari Kota Tokyo.
Meski menakutkan, tetapi Hutan Aokigahara memiliki panorama alam yang indah. Hutan Aokigahara disebut juga ‘hutan lautan pohon’ dan ‘lautan pohon Gunung Fuji.’ Ketika angin meniup pepohonan di sana terlihat sepert keadaan ombak di laut.
Pepohonan di hutan Aokigahara umumnya memiliki tinggi sepuluh kaki. Pepohonannya memiliki daun-daun rimbun dan padat sehingga seperti membentuk kanopi pada hutan. Karena itu, cahaya matahari tak sepenuhnya masuk area hutan, sehingga nuansa hutan kelam dan sunyi.
Diperkirakan Hutan Aokigahara telah berusia sekitar 1.200 tahun dan luasnya sekitar 35 kilometer persegi.
Hutan ini sering dilaporkan sebagai tempat bunuh diri atau harakiri paling populer di Jepang, peringkat dua di dunia sebagai destinasi bunuh diri setelah jembatan Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat.
Begitu memasuki hutan Aokigahara, pengunjung akan melihat papan besar yang berisi nasihat-nasihat yang diharapkan dapat membatalkan niat bunuh diri. Penasaran ingin tahu seperti apa Hutan Aokigahara?
Berikut fakta mengejutkan mengenai Hutan Aokigahara, paling menakutkan dan terkelam di Jepang, seperti dilansir dari Medium pada Selasa (3/1/2023):
- Cara bunuh diri yang populer dilakukan di Hutan Aokigahara
Di Jepang beberapa orang melakukan bunuh diri dengan cara yang unik, tetapi ada dua metode yang sangat populer di dalam hutan ini. Banyak orang dengan sengaja overdosis menggunakan obat-obatan, tetapi mayoritas lebih suka menggantung diri di pohon yang tinggi.
Setiap tahun, otoritas lokal dan sukarelawan berkumpul untuk menyisir Aokigahara dan menemukan mayat. Pencarian ini sering meningkat setiap bulan Maret, yaitu saat tahun fiskal berakhir di Jepang.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Jepang menerbitkan statistik bunuh diri tentang hutan tersebut, tetapi memutuskan untuk tidak mempublikasikan data tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Mereka percaya kemasyhuran hutan hanya meningkatkan jumlah kasus bunuh diri yang disaksikan pepohonan setiap tahun.
- Penduduk dan polisi lakukan pencarian jenazah sejak tahun 1970
Para relawan yang juga adalah penduduk lokal membantu polisi untuk melakukan penyisiran mencari orang-orang yang telah meninggal karena bunuh diri. Mereka kemudian mengambil jenazah-jenazah tersebut dan menguburkannya dengan layak.
Setiap tahun, biasanya ditemukan 70-100 jenazah yang ditemukan di hutan. Pemerintah Jepang kemudian tak lagi merilis jumlah sebenarnya mayat yang ditemukan secara pencarian.
- Hutan diberi banyak papan penanda bertuliskan kata-kata bijak
Pemerintah Jepang sangat berkeinginan menjadikan hutan ini sebagai tujuan wisata yang nyaman dan tanpa kekerasan.
Untuk itu, salah satu cara yang dilakukan pemerintah setempat untuk menurunkan angka statistik bunuh diri di hutan ini adalah dengan memasang banyak tanda di sepanjang jalan setapak yang diukir dengan pesan positif untuk para pejalan kaki.
Papan-papan imbauan ini telah ditempatkan untuk mengingatkan pengunjung, hidup mereka memiliki makna dan tujuan.
Papan-papan ini di antaranya bertuliskan ‘pikirkan tentang anak-anak Anda, tentang keluarga Anda’, ‘silahkan berkonsultasi dengan polisi sebelum Anda memutuskan untuk mati’, atau ‘hidupmu adalah hadiah berharga dari orangtuamu.’
Beberapa juga ada yang langsung menuliskan ke intinya, dengan mencantumkan nomor telepon hotline pencegahan bunuh diri di Jepang.
Meskipun tak selalu berhasil, dengan papan imbauan yang ada di sekitar kawasan hutan tersebut cukup berperan penting dan bahkan mengubah pikiran mereka.
- Menandai pohon dengan pita plastik
Pengunjung biasanya menggunakan selotip untuk menandai jalan mereka melalui Hutan Aokigahara yang padat dengan pepohonan. Para relawan yang mencari mayat atau mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya menandai rute dengan menempelkan pita plastik ke pohon. Hal ini mencegah para pencari tersesat setelah mereka keluar jalur.
Pita yang dikaitkan di pohon juga sebagai petunjuk arah pulang, jika sewaktu-waktu mereka urung niat bunuh diri bisa kembali.
- Petunjuk arah tidak bisa bekerja dengan baik
Ada banyak hutan di dunia yang jauh lebih besar dari Aokigahara, tetapi dedaunannya yang lebat membuat orang yang memasuki kawasan hutan ini mudah tersesat.
Bahkan. membawa ponsel ataupun alat navigasi lain seperti pelacak GPS, atau kompas, tak jarang gagal untuk dioperasikan ketika berada di dalam hutan ini.
Menurut para ilmuwan, tanah dan area sekitarnya memiliki jumlah besi magnet yang tinggi sehingga kompas sering bergerak dalam pola yang aneh.
Pengunjung yang masuk ke hutan ini harus mengandalkan peta kertas dan tak pernah berani untuk menyimpang jauh dari jalur yang telah ditentukan.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait