Para Ahli Sebut Pelaku KDRT Sulit Disembuhkan, Ini Alasannya

Dyah Ratna Meta Novia
Lesti Kejora mencabut gugatan KDRT terhadap suaminya Rizky Billar karena yakin perilaku suaminya akan benar-benar berubah. (Foto: Instagram)

DEPOK, iNewsDepok.id - Menjadi perbincangan publik setelah pedangdut Lesti Kejora mencabut gugatan pelaporan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya Rizky Billar. Pencabutan laporan tersebut dilakukan Lesti karena ia yakin perilaku sang suami bisa benar-benar berubah. Bahkan kini keduanya sudah kembali bermesraan.

Lantas benarkah pelaku KDRT bisa sembuh dan tidak akan kembali mengulangi tindakan kekerasan? Berikut penjelasan para ahli, yang dirangkum pada Jumat (21/10/2022). Sebelum menjawab hal tersebut, akan diuraikan terlebih dulu mengenai beberapa pemicu seseorang melakukan tindakan KDRT.

Umumnya, tindak kekerasan kepada pasangan atau anggota keluarga sering kali muncul ketika seseorang merasa berkuasa atas korbannya. Perasaan ini muncul karena adanya kekuatan fisik, status sosial, kekayaan, kemampuan memanipulasi emosi, maupun bentuk kekuasaan lainnya.

Tindak KDRT juga dapat muncul karena pelakunya mempunyai masalah gangguan kesehatan mental, kepribadian narsistik, antisosial, maupun kebiasaan menyalahgunakan alkohol dan narkotika.

Bahkan, pelaku KDRT mengira dirinya berhak memperlakukan orang lain seperti yang mereka inginkan karena merasa lebih berkuasa. Banyak pelaku kekerasan tidak menyadari bahwa tindakannya sudah keliru dan merugikan orang lain.

Amie Zarling, Profesor dan Psikolog Klinis di Iowa State University mengungkapkan, pada dasarnya kebiasaan KDRT tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Perilaku negatif itu, dapat muncul sebagai akumulasi atau gabungan dari banyak hal.

Menurutnya, kekerasan tidak hanya dipakai untuk mempertahankan dominasi pelaku atas korbannya, kerap kali tindakan tersebut merupakan mekanisme untuk mengatasi tekanan ekstrem yang mereka rasakan.

Kemudian, apakah pelaku KDRT bisa disembuhkan dan oelaku bisa berubah 100 persen?

Mengenai hal itu, psikolog Ikhsan Bella Persada M.Psi. mengungkapkan pelaku kekerasan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin menghilangkan kebiasaan KDRT yang dilakukan.

Ikhsan mengatakan tindak kekerasan sudah terlanjut bertransformasi menjadi perilaku dari kepribadian pelaku. Mereka punya agresivitas yang cukup kuat, sehingga saat stres atau ada sesuatu yang tidak sesuai, maka agresivitasnya akan muncul dalam bentuk KDRT.

Lebih lanjut menurut Ikhsan, kesulitan pelaku dalam mengontrol emosi juga jadi faktor pemicu yang mendorong impulsivitas untuk melakukan KDRT terhadap pasangan.

“Terlebih, orang yang melakukan KDRT mudah terbawa emosi, sehingga, perilaku kekerasan yang hadir, memang karena dorongan dari dalam dirinya,” ucap Ikhsan.

Sementara Ellen Pence, dari Domestic Abuse Intervention Project (DAIP), menjelaskan konstruksi sosial dan politik dari sistem patriarki yang sudah ada dari generasi ke generasi, mendarah daging selama ribuan tahun, membuat pria pelaku KDRT sulit menyembuhkan kebiasaan buruknya.

Menurut Pence, ironisnya perilaku kekerasaan itu bahkan tak bisa dihilangkan dengan metode psikoterapi dan konseling. Pence juga menjelaskan sesi terapi dengan profesional rentan membuat pria pelaku KDRT, melihat tindakan mereka hanya sebagai produk dari trauma masa lalu mau pun masalah lain yang mereka alami.

Pence menegaskan, banyak pria pelaku KDRT melakukan kekerasan secara sadar. Pasalnya, didorong pemahaman tentang haknya sebagai laki-laki yang selama ini diuntungkan oleh sistem patriarki, (terlepas dari latar belakang setiap pria).

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network