get app
inews
Aa Text
Read Next : 11 Kasus Baru Penyakit Kusta Ditemukan di Cimanggis Depok, Tim Pengmas UI Turun Tangan

Project Zero Leprosy: Inisiatif Baru NLR Indonesia untuk Indonesia Bebas Kusta

Jum'at, 28 Februari 2025 | 15:34 WIB
header img
Ki-ka: Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK), Agus Wijayanto (Direktur Eksekutif NLR Indonesia), Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi (Guru Besar Tetap FKUI), dan dr. Ina Agustina Isturini, MKM (Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan).Foto: Novi

JAKARTA, iNews Depok.id - Indonesia Emas 2045 tampaknya masih akan jauh dari jangkauan jika penyakit kusta, terutama pada anak-anak, masih menjadi momok.

Agus Wijayanto, Direktur Eksekutif NLR Indonesia, menegaskan bahwa anak-anak yang akan menjadi pelaku sejarah di tahun 2045, sehingga kesehatan mereka harus menjadi prioritas utama.

Memeringati Hari Neglected Tropical Diseases (NTDs) 2025, dalam kata sambutannya di acara Media Gathering “Bersama Media Menuju Indonesia Bebas Kusta”, Kamis, 27 Februari 2025 di Oria Hotel, Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Agus mengutip kata-kata Menteri Kesehatan kala itu, Budi Gunadi Sadikin yang mengibaratkan penyakit kusta seperti retakan pada rumah. Jika dibiarkan, retakan tersebut akan merusak struktur bangunan secara keseluruhan. "Oleh karena itu, pencegahan harus diutamakan," tandas Agus.

Peran Penting NLR dan Tantangan Eliminasi Kusta

NLR (Netherlands Leprosy Relief) telah berkontribusi signifikan dalam upaya pemberantasan kusta di Indonesia sejak tahun 1975, dan secara global sejak 1967.

Kontribusi NLR tidak hanya dalam pengadaan obat, tetapi juga memastikan obat tersebut sampai kepada pasien yang membutuhkan. Selain itu, NLR juga terlibat dalam pendataan dan pencatatan status pasien secara digital.

Upaya eliminasi kusta membutuhkan komitmen yang kuat, kualitas program yang baik, konsistensi pelaksanaan, dan cakupan yang luas.

Kementerian Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan dari media sangat penting untuk mendorong pemerintah dan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kusta masih ada.

Kusta sendiri termasuk penyakit tropis terabaikan dengan dukungan pendanaan yang minim. Eliminasi kusta ditargetkan paling lambat pada tahun 2040. Penting untuk membangun kesadaran publik bahwa kusta bukanlah penyakit kutukan dan dapat disembuhkan.

Situasi Kusta Nasional dan Upaya yang Diperlukan

Dalam kesempatan ini hadir pula dr. Ina Agustina Isturini, MKM., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang mengatakan bahwa NLR adalah salah satu mitra yang memberikan kontribusi besar dalam upaya eliminasi kusta di Indonesia. "Saat ini, 13 provinsi masih memiliki kasus kusta, sementara 25 provinsi dan 394 kota/kabupaten telah mencapai eliminasi," ujarnya.

"13 provinsi dengan jumlah kasus kusta tertinggi, baik pada kelompok anak maupun dewasa yaitu: Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Tengah, Maluku Utara, Papua Selatan, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua," tutur dr. Ina.

Dikatakan dr. Ina, masih adanya kasus kusta pada anak-anak menunjukkan bahwa penularan masih terjadi. Meskipun prevalensi kusta rendah, tingkat penularannya masih tinggi, sehingga membutuhkan perhatian khusus.

Angka kasus kusta pada anak sebesar 9% masih jauh dari target di bawah 5%. Saat ini, tercatat 13.830 kasus baru kusta, ditambah dengan yang lama, jadi ada sekitar 18.417 kasus.

Pentingnya Kolaborasi dan Kesadaran Masyarakat

Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.D.V.E, Subsp.D.T, FINSDV, FAADV, Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dewan Pembina NLR Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah seperti NLR, media, dan masyarakat dalam upaya eliminasi kusta. Kesadaran masyarakat tentang kusta, pencegahan, dan pengobatan juga sangat penting untuk mencapai target eliminasi.

Dalam kesempatan ini, wanita yang akrab disapa dr. Dini menerangkan beberapa mitos dan fakta tentang penyakit kusta.

"Mitosnya, kusta adalah penyakit keturunan, kutukan, akibat dosa. Padahal faktanya, kusta adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Adapula mitos yang mengatakan bahwa kusta menyebabkan jari tangan dan kaki buntung, sementara fakta sebenarnya, tangan, kaki, mata dapat mengalami disabilitas yang disebabkan luka yang tidak disadari karena mati rasa dan peradangan saraf akut. Adapun Mitos yang mengatakan bahwa kusta merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan adalah salah karena faktanya, dapat disembuhkan, obat juga tersedia," terang dr. Dini.

Tanda Penyakit Kusta

dr. Dini menyebutkan, kusta berdasarkan tanda utama/tanda kardinal kusta menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah:

1. Bercak pada kulit yang khas untuk kusta: a. Bercak putih atau kemerahan yang mati rasa. 

b. Benjolan pada kulit wajah, tubuh maupun lengan dan tungkai sewarna kulit atau kemerahan. 

2. Saraf tepi teraba membesar disertai area mati rasa daerah tersebut. 

3. Jika memungkinkan ditemukan bakteri Basil Tahan Asam (BTA) pada kerokan jaringan kulit.

Indonesia merupakan negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Meskipun telah ada kemajuan dalam penanganan penyakit ini, tantangan seperti stigma sosial, diskriminasi, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan, masih menjadi hambatan besar dalam pemberantasan kusta. 

Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung target “zero leprosy”, NLR Indonesia meluncurkan “Project Zero Leprosy”, sebuah inisiatif strategis berbasis kolaborasi, edukasi, dan pemberdayaan komunitas.

Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, diharapkan Indonesia dapat mencapai eliminasi kusta dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut