DEPOK, iNewsDepok.id - Kisah perempuan muda keliling dunia mencari cinta sejati berikut ini viral di media sosial TikTok beberapa waktu lalu. Perempuan bernama Starly Santos, 27 tahun, telah melakukan perjalanan solo ke 75 negara dan berkencan dengan pria di 15 negara pada tahun ini.
Starly memulai passion-nya keliling dunia sendirian sekaligus mencari pria impian, sejak usia 22 tahun. Sebelumnya dia membuat resolusi tahun baru untuk berkencan dengan pria dari berbagai negara demi menemukan pasangan yang cocok.
Bagi Starly, tantangan tersebut membuatnya benar-benar mendapatkan pengalaman budaya dari negara-negara yang dikunjunginya. Perempuan yang berkencan dengan pria di setiap negara yang dikunjungi merupakan tantangan yang berani.
Sebagai perempuan petualang, dia telah mengambil tantangan dengan mengencani seorang pria di setiap negara yang dikunjungi, berharap untuk bertemu dengan cinta sejatinya. Dia telah menghabiskan uang sebesar £100.000 atau setara dengan Rp1,8 miliar untuk berkeliling dunia.
“Saya suka menjelajahi budaya yang berbeda dan bertemu orang baru. Saya akhirnya ingin bertemu orang yang cocok untuk saya, saya pikir ini cara yang bagus,” ujar Starly, perempuan yang lahir dan besar di Amerika Serikat, seperti dilansir dari Mirror pada Sabtu (3/6/2023).
Dia bertemu teman kencannya melalui aplikasi, termasuk Bumble, tetapi setelah membagikan tujuannya secara online dan menjadi viral di TikTok, influencer tersebut telah dibanjiri tawaran, yang menyebabkan pria benar-benar melamar untuk mengajaknya kencan.
“Saya memiliki formulir aplikasi kencan di situs web saya. Saya telah menerima ratusan aplikasi dari berbagai negara di dunia,” ujar Starly, yang bekerja sebagai investor penuh waktu.
Dia menamai teman kencannya berdasarkan tempat-tempat yang telah dikunjungi. Dari 15 negara, Mr Bombay menjadi teman kencannya favoritnya sejauh ini.
Starly Santos. Foto: Instagram
“Kami cocok di Bumble, tapi telah memiliki beberapa teman yang sama. Dia pengembang real estate, investor, dan baru saja menyelesaikan sekolah hukum,” ujarnya.
“Itu di Mumbai dan itu kencan terbaik karena saya merasakan hubungan terkuat. Melalui perjalanan ini, saya memiliki hubungan yang jauh lebih bermakna, otentik dan sehat saat berkencan,” tambahnya.
Lebih lanjut menurut Starly, sebagian besar laki-laki hampir semuanya menawarkan atau bersikeras untuk membayar, tetapi ketika kami melakukan banyak kegiatan Starly mencoba untuk membayarnya setidaknya satu hal.
Starly yang saat ini berada di Sri Lanka, telah mencatat beberapa pengalaman yang lain.
“Amerika Utara trasa lebih casual dan dangkal, (ada) banyak budaya hook-up dan berkencan tidak serius,” katanya.
Sementara di Amerika Selatan, lanjut Starly, laki-laki lebih maju dan juga peran gender sangat jelas, berkencan terasa lebih santai dan menyenangkan.
“Di Asia, (mereka) secara umum lebih konservatif, (tetapi) juga memiliki koneksi yang lebih puitis dan bermakna,” aku Starly.
Sementara di Eropa, berkencan terasa lebih intelektual dan kultural karena banyak sekali negara yang saling berdekatan.
“Kebanyakan orang berbicara setidaknya dua bahasa, tetapi seringkali lebih,” ujarnya.
Starly mengaku untuk terus melakukan perjalanan ke berbagai negara dan menjalin hubungan yang bermakna di seluruh dunia sebelum menetap untuk selamanya.
“Saya berharap untuk bertemu seseorang yang benar-benar saya sukai dan dapat melihat masa depan bersama, tetapi bahkan jika tidak, saya akan memiliki perjalanan yang sangat unik dan berwawasan di sepanjang jalan,” ujarnya.
Starly bertujuan meneruskan kencan dan melakukan perjalanan setidaknya dua tahun lagi, terlepas siapapun yang dia temui.
“Saya kemungkinan akan menetap jika bertemu seseorang yang benar-benar saya sukai. Tapi mungkin akan bepergian lebih lama sampai menemukan seseorang yang pantas untuk menetap,” ujarnya.
Starly juga berharap perjalanan solonya ini bisa menginspirasi orang lain dan mematahkan stigma soal perjalanan solo yang berbahaya. Lebih lanjut, dengan berbagi pengalaman dia bisa menginspirasi orang untuk keluar dari zona nyaman dan mendobrak stigma yang ada di belahan dunia tertentu.
"Membuat hubungan yang bermakna dengan orang-orang dari seluruh dunia adalah alasan saya melakukan perjalanan ini, dan saya berharap juga dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama,” pungkasnya.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani