DEPOK,iNewsDepok.id- Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia atau Japelidi, mencatat, berdasarkan lembaga riset global di negara-negara maju, generasi Z kesulitan untuk membedakan informasi fiksi dan fakta.
“Karena mereka memiliki kepercayaan tinggi bahwa mereka memang menguasai teknologi digital misalnya,” kata Koordinator Media Jipelidi, Devie Rahmawati, Kamis (9/3/2023).
Data tersebut, kata Devie, berdasarkan riser yang dilakukan lembaga terkait sejak tahun 2016 hingga 20222. Data ini menunjukkan, meskipun generasi Z adalah generasi yang lahir dalam ekosistem digital, mereka tetap kesulitan untuk membedakan informasi yang fiksi atau fakta.
“Karena mereka memiliki kepercayaan tinggi bahwa mereka memang menguasai teknologi digital misalnya,” tukasnya.
Japeldi melakukan kolaborasi dengan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat, di Surabaya. Mereka sepakat menggagas program literasi digital. Agendanya bertajuk “Building Youth Resilience and Participant during The Political Year”.
Devie mengungkapkan, kolaborasi antara Japelidi dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya ini telah berlangsung semenjak tahun 2022, melalui kegiatan penguatan literasi digital bagi kaum muda di Indonesia timur yang juga berupaya menyiapkan anak muda memerangi disinformasi.
“Japelidi sendiri telah hadir dengan beragam kegiatan untuk meningkatkan kompetensi literasi digital masyarakat sejak tahun 2017. Sejumlah akademisi dari 81 perguruan tinggi di 31 wilayah Indonesia tergabung dalam Japelidi,” katanya.
Kegiatan ini berlangsung secara hybrid dan dipimpin oleh Project Manager, Ni Made Ras Amanda G. Program Literasi digital ini menyasar sedikitnya 500 pemilih muda usia 17-20 tahun di setiap kota, dari target 9 kota di Indonesia. Di antaranya, Malang, Surabaya, Yogya, Denpasar, Makasar, Semarang, Padang, Manado, dan Salatiga.
Program ini berlangsung sepanjang tahun 2023 dan Denpasar dipilih menjadi kota pertama diselenggarakannya program ini dengan total peserta lebih dari 100 orang pemilih muda.
Program literasi digital yang digagas Japelidi dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya ini diisi dengan sosialisasi dan media pembelajaran video kepada pemilih muda. Metode tersebut dianggap sesuai dengan karakter anak muda sehingga mudah dipahami dan diterima oleh pemilih muda.
“Program ini akan terbagi atas 4 tahapan yaitu pembuatan video pembelajaran dan sosialisasi, workshop, kemudian pelaksanaan riset pandangan dan apa yang telah dilakukan anak muda dalam tahun pemilu. Terakhir, pemilih muda diajak mengikuti video kompetisi,” tambah Project Manager, Ni Made Ras Amanda
Editor : Rinna Ratna Purnama