JAKARTA, iNewsDepok.id - Setelah 8 bulan sejak Operasi Militer Khusus dilancarkan, sejumlah badan PBB secara teratur mencatat jumlah korban yang berjatuhan dan melaporkannya kepada dunia, salah satunya Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR).
Data terbaru oleh OHCHR menunjukkan sebanyak 16,295 korban sipil di Ukraina telah jatuh sejak 24 Februari hingga 30 Oktober 2022, di mana 6.430 tewas dan 9.865 terluka. Dari jumlah tersebut, terdapat banyak korban orang dewasa dan anak-anak belum diketahui jenis kelaminnya.
Di wilayah Donetsk dan Luhansk terdapat sekitar 8.996 korban sipil, dengan 3.833 orang tewas dan 5.163 lainnya terluka. Jumlah ini mencakup wilayah yang dikendalikan Pemerintah, angkatan bersenjata Rusia, dan kelompok bersenjata yang berafiliasi. Sementara di kota-kota Ukraina yang berada di bawah kendali Pemerintah, seperti Kiev, korban mencapai 7,299 orang.
Sebagian besar korban sipil (95 persen) yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan efek luas, termasuk penembakan dari artileri berat, sistem peluncuran roket ganda, rudal dan serangan udara. 5 persen korban terkena ranjau dan sisa-sisa bahan peledak perang, terdiri atas 15 tewas dan 38 terluka.
OHCHR percaya bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi, karena penerimaan informasi dari beberapa lokasi di mana pertempuran intens telah terjadi telah tertunda dan banyak laporan masih menunggu konfirmasi. Hal ini menyangkut, misalnya, Mariupol (wilayah Donetsk), Izium (wilayah Kharkiv), Lysychansk, Popasna, dan Sievierodonetsk (wilayah Luhansk), di mana ada dugaan banyak korban sipil.
Konflik bersenjata yang masih berlangsung di Ukraina ini diprediksi akan terus menimbulkan korban di masa depan. Sejumlah pihak mengkhawatirkan skenario paling berbahaya untuk masa depan Eropa dan tatanan global, di mana konflik Ukraina menjadi panggung konflik militer langsung antara NATO dan Rusia..
Editor : M Mahfud