DEPOK, iNewsDepok.id- Kasus perundungan hingga kini masih terus terjadi di kalangan anak-anak dan remaja. Perundungan yang terjadi, biasanya dilakukan dengan sengaja, berulang. Korban perundugan biasanya adalah orang yang dianggap lebih lemah.
Dampak perundungan bagi korban bisa sangat parah. Mulai dari merasa tertekan dan ketakutan, trauma, konsentrasi belajar terganggu, tidak mau sekolah, psikosomatis, malu, harga diri hancur, tidak percaya diri, menarik diri dari pergaulan, marah pada diri sendiri dan lingkungan, sampai pada depresi dan bunuh diri.
Sedangkan bagi pelaku perundungan juga berdampak negatif. Misalnya, bisa terbentuk kepercayaan diri semu dan menganggap kekuasaan adalah segalanya. Pelaku perundungan juga biasanya cepat marah dan sulit mengendalikan emosi jika keinginannya tidak terpenuhi.
“Bahkan bisa berkembang pada perilaku agresif lainnya yang bisa merugikan masa depannya. Kecakapan sosial dan prososialnya rendah. Biasanya mereka bisa tidak mempunyai empati, toleransi dan rasa mengharhai orang lain.
Prestasi belajarnyapun bisa terganggu karena terobsesi pada keunggulan fisik dan popularitas,” kata psikolog Dharmayati B Utoyo Lubis saat webinar tentang bullying yang digelar Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI), Selasa (11/10/2022).
Dalam menghadapi kasus perundungan, orang tua diminta jeli menangkap perubahan perilaku pada anak. Sikapi perundungan dengan kepala dingin, tidak emosional dan obyektif. “Jangan lupa juga untuk melakukan introspeksi, apakah orang tua selama ini sudah menjadi model perilaku yang tepat bagi anaknya,” ucapnya.
Pemaparan lain disampaikan psikolog Juke R Siregar yang menjelaskan bahwa perundungan tidak bisa di biarkan begitu saja. Karena bila intensitasnya meningkat maka akan berkembang kearah negatif. “Orang tua, sekolah dan masyarakat harus bekerjasama untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan akan rasa aman. Setiap anak berhak untuk dipenuhi kebutuhannya akan rasa aman,” katanya.
Menurutnya, sekolah memegang peranan yang sangat penting. Karena sebagian besar waktu anak berada di sekolah. Sekolah merupakan wadah anak dan remaja mengejspresikan diri dan belajar hidup berkelompok.
“Sekolahpun merupakan kumpulan orang dewasa yaitu personil sekolah yang mampu mengembangkan potensi, keterampilan sosial, emosi, nilai serta mampu bahkan wajib menciptakan lingkungan yang aman,” pungkasnya.
Editor : Rinna Ratna Purnama